Jumat, 27 Juni 2008

7. Sharing "Riwayat St. Benedictus"

Riwayat Hidup
St. Benediktus adalah seorang santo besar dalam Gereja, namun sayangnya tidak banyak yang dapat kita ketahui tentang riwayat hidupnya kecuali dari buku “Dialogue” yang ditulis oleh St. Gregorius.Di kota Norcia, Italia, lahirlah seorang putera dari keluarga petani kaya yang bernama Benediktus. Ia memiliki seorang saudari kembar, yaitu Santa Skolastika yang sejak masa kecilnya telah membaktikan hidupnya untuk Tuhan. Ketika menginjak masa remaja, Benediktus dikirim ke Roma oleh orang tuanya. Namun, rupanya cara hidup yang tidak baik di kota Roma membuatnya menjadi tidak tahan. Keadaan dunia di sekitarnya pada saat itu penuh dengan bangsa-bangsa kafir, Aria dan dunia tampaknya sudah mengarah ke barbarisme. Para pejabat saat itu kebanyakan jika bukan seorang atheis, adalah seorang barbarian atau seorang heretic. Banyak para pemuda yang mengikuti jejak para pendahulunya itu. Benediktus muda yang melihat keadaan tersebut akhirnya memutuskan untuk meninggalkan Roma. Pada saat itu ia kira-kira mendekati umur 20 tahun. Mereka pergi ke desa Enfide di pengunungan, 30 mil dari Roma.


Ternyata walaupun Benediktus telah menjauhi godaan-godaan di Roma, ia menyadari bahwa itu tidak cukup. Tuhan rupanya memanggil dia ke dalam kesunyian untuk meninggalkan dunia. Akan tetapi, Benediktus setelah beberapa waktu lamanya tinggal dalam kehidupan yang tersembunyi di desa, ia tidak dapat tahan lebih lama lagi– terutama setelah ia membuat mujizat, memperbaiki tembikar yang rusak.


Dalam pencarian akan kesunyian yang total, Benediktus mulai mendaki lebih jauh lagi ke antara bukit-bukit hingga akhirnya ia mencapai sebuah tempat yang disebut Subiaco. Di tempat yang berbatu cadas ini ia bertemu dengan seorang rahib yang bernama Romanus. Kepada rahib ini Benediktus menjelaskan maksud hatinya untuk hidup sebagai seorang eremit/pertapa. Romanus sendiri tinggal di sebuah pertapaan yang tidak jauh dari situ. Ia mau membantu pemuda ini, maka ia memberikan sebuah pakaian dari bulu domba dan membawa Benediktus ke sebuah gua di pegunungan. Di tempat tersembunyi inilah Benediktus hidup selama tiga tahun, tanpa diketahui oleh siapa pun juga kecuali Romanus. Setiap hari ia membawa roti bagi pertapa muda ini. Makanan itu ditaruh dalam sebuah keranjang, yang diturunkan dengan tali melalui batu-batuan. Orang yang pertama kali menemukan Benediktus adalah seorang pastor. Ketika itu pastor tersebut sedang mempersiapkan makan malam, tiba-tiba ia mendengar suara yang mengatakan kepadanya, “Engkau mempersiapkan bagi dirimu makanan yang enak, sedangkan hambaku Benediktus sedang kelaparan.” Pastor ini pun segera keluar dan mencari Benediktus, dengan susah payah akhirnya ia menemukannya. Tidak lama kemudian beberapa gembala menemukan Benediktus. Ketika mereka menemukannya, mereka sangat terkesan dan belajar banyak dari percakapan mereka. Mulai saat itulah ia mulai dikenal orang, banyak orang mengunjunginya, membawa makanan dan menerima petunjuk dan nasihat darinya.


Meskipun Benediktus hidup jauh dari dunia, seperti para bapa padang gurun yang lain, ia harus menemui godaan-godaan. Pada suatu saat ketika ia sendirian, sang penggoda mulai menunjukkan dirinya. Seekor burung hitam mulai terbang mengitari mukanya, dan mendekat begitu dekatnya sehingga jika Benediktus mau, ia dapat menangkapnya dengan tangannya. Akan tetapi, akhirnya burung tersebut pergi dengan membuat tanda salib.

Kemudian godaan hawa nafsu muncul seperti yang belum pernah ia alami sebelumnya. Si jahat membawa ke dalam imajinasinya seorang wanita yang pernah ia temui sebelumnya. Si jahat membakar hatinya dengan hawa nafsu, sehingga pikirannya hampir dikuasai untuk meninggalkan pertapaannya. Akan tetapi dibantu oleh kerahiman ilahi, ia menemukan kekuatan untuk menolak godaan tersebut. Ketika ia melihat tumbuhan dan semak berduri di dekatnya, ia melemparkan dirinya ke sana dan berguling-guling sehingga tubuhya terasa sakit. Melalui luka-luka di tubuhnya, ia menyembuhkan luka-luka di jiwanya, dan tidak pernah lagi mendapat kesukaran yang sama.


Di antara Tivoli dan Subiaco, terdapat sebuah tempat yang bernama Vicovaro. Di puncak bukit itu terdapat suatu komunitas rahib yang pemimpinnya baru saja meninggal. Mereka meminta Benediktus menggantikan pemimpin mereka. Pada mulanya ia menolak permintaan tersebut. Akan tetapi, karena mereka terus mendesak, akhirnya ia pun menyetujui. Namun, tidak lama kemudian mereka mulai membenci Benediktus, karena cara hidup dan disiplin yang diterapkan Benediktus terlalu keras bagi mereka yang sudah terbiasa hidup secara tidak benar. Bahkan mereka juga berusaha untuk meracuni minumannya, tetapi ketika ia membuat membuat tanda salib botol anggur itu pun pecah berkeping-keping.

Walaupun demikian Benediktus tidak marah kepada mereka; ia hanya berkata, “Tuhan mengampunimu, saudara-saudara. Mengapa engkau bersekongkol merencanakan hal yang jahat ini? Bukankah sudah kukatakan bahwa caraku tidak cocok dengan caramu? Pergi dan carilah kepala biara menurut seleramu sendiri, karena setelah kejadian ini kalian tidak bisa menahan saya di sini lagi di antara kalian.” Setelah berkata demikian ia pun kembali ke Subiaco.Pada saat Benediktus kembali ke Subiaco, Tuhan mulai mengirim banyak orang kepadanya. Pada saat itu Tuhan mulai mengerjakan karya besar dalam dirinya. Rupanya Tuhan ingin memakai Benediktus untuk mempersatukan para rahib yang selama ini terpencar-pencar, untuk lebih menguatkan mereka. Maka Benediktus mengumpulkan mereka yang mau mengikutinya dalam dua belas biara dari kayu, masing-masing terdiri dari 12 rahib dan memiliki kepala biaranya masing-masing. Ia menjadi pembimbing utama, namun tinggal secara terpisah dengan beberapa rahib yang dilatih secara khusus. Selama itu mereka tidak memiliki peraturan tertulis sendiri, tetapi mereka diberi pengetahuan tentang hidup religius dan mengikuti-contoh kebajikan-kebajikan dari cara hidup Benediktus sendiri. Mulai saat itu banyak orang dari berbagai daerah dan bangsa ingin bergabung bersama Benediktus.Suatu hari ada seorang bangsa Goth yang kasar dan tak terdidik datang kepada Benediktus dan ia diterima dengan sukacita serta diberi jubah biara. Dengan sabit besar, ia disuruh untuk membersihkan rumput-rumput liar yang tumbuh subur di dekat danau. Ia bekerja dengan sangat keras sampai kepala sabit tersebut terbang dan hilang ke dalam danau. Orang muda yang malang ini pun sangat sedih. Ketika Benediktus mendengar tentang kejadian itu, ia membawanya ke ujung danau dan mengambil sabit tersebut dan melemparkannya ke dalam danau. Segera kepala sabit itu muncul dari danau dan menempel pada tongkatnya. Benediktus lalu mengembalikan sabit itu dan berkata, “Ambillah! Lanjutkanlah pekerjaanmu dan janganlah bersedih hati!” Ini bukanlah mujizat Benediktus yang terakhir, yang menghapuskan pendapat orang bahwa pekerjaan tangan atau pekerjaan kasar itu menurunkan martabat dan merendahkan orang.

Benediktus percaya bahwa pekerjaan kasar bukan saja bermartabat, tetapi juga baik untuk mencapai kesucian.Sesuatu yang baik pasti juga akan menimbulkan reaksi dan tantangan. Di daerah sekitar Subiaco tinggallah seorang imam yang bernama Florentius. Ia menjadi iri hati melihat keberhasilan Benediktus. Berbagai macam cara dilakukannya untuk menjatuhkan nama baik Benediktus. Ia menyebarkan fitnah-fitnah yang jahat kepada orang-orang di sekitarnya, bahkan hendak membunuh Benediktus dengan mengirimkan roti beracun. Namun Tuhan tidak tinggal diam, Ia mengirim seekor burung gagak untuk mengambil roti itu dari Benediktus. Menyadari adanya maksud jahat dari Florentius, yang ditujukan kepada dirinya secara pribadi, maka akhirnya Benediktus memutuskan untuk meninggalkan Subiaco. Ia pergi ke daerah Monte Cassino, yang berada di tempat yang tinggi dan terpencil di perbatasan Campania. Monte Cassino dikelilingi lembah-lembah sempit yang naik ke atas menuju puncak gunung pada ketiga sisinya, dan di sisi yang lain adalah dataran Mediteranean.


Benediktus mengawali karya pertamanya di kota ini dengan berpuasa 40 hari lamanya, kemudian ia berkotbah untuk mempertobatkan mereka. Pengajaran dan mujizat yang dilakukannya membawa penduduk kota tersebut kepada pertobatan. Dengan bantuan mereka Benediktus merobohkan kuil Apollo yang berdiri di puncak Monte Cassino kemudian mendirikan sebuah biara di sana, yang kemudian menjadi biara paling terkenal di dunia, dasar yang didirikan oleh Benediktus di sekitar abad 530. Dari sinilah mulai suatu pengaruh yang memainkan peranan besar dalam sejarah Gereja dan kebudayaan Eropa sesudah masa Romawi.Di Monte Cassino, Benediktus kembali menjalani kehidupannya sebagai seorang eremit. Namun tidak lama kemudian para muridnya segera berbondong-bondong ke Monte Cassino juga. Belajar dari pengalaman peristiwa di Subiaco, ia tidak lagi menempatkan mereka dalam rumah-rumah yang terpisah melainkan mengumpulkan mereka semua dalam satu tempat, yang diatur oleh seorang kepala biara dan wakil-wakil di bawah pengawasannya. Keadaan situasi di Monte Cassino berbeda dengan Subiaco, banyak orang datang ke sana, bukan hanya kaum awam namun juga para pembesar Gereja yang ingin berkonsultasi dengna Benediktus karena reputasi kesucian dan kebijaksanaannya. Apalagi letak Monte Cassino mudah dicapai dari Roma dan Capua. Pada saat ini pula Benediktus menulis peraturan-peraturannya. Pada mulanya peraturan tersebut ditujukan bagi para rahibnya di Monte Cassino, namun Paus Hormidas menginginkan peraturan itu ditulis bagi semua rahib di Barat.

Peraturan-peraturan tersebut ditujukan bagi mereka yang ingin menyangkal keinginan mereka sendiri, dan mengambil “senjata yang kuat dan terang akan ketaatan untuk berperang di bawah Yesus Kristus, Raja kita yang sesungguhnya,” dan peraturan tersebut menyarankan suatu kehidupan doa liturgi, pengetahuan (“bacaan suci”) dan kerja tangan, hidup bersosialisasi dalam sebuah komunitas di bawah seorang pemimpin umum.

Abbas kudus ini tidak hanya melayani mereka yang mau mengikuti peraturannya, tetapi juga melayani umat di sekitar tempat tersebut; ia menyembuhkan orang-orang yang sakit, memberikan penghiburan bagi orang yang tertekan, membagikan amal dan makanan kepada yang miskin, juga pernah dikatakan bahwa ia membangkitkan orang mati tidak hanya satu kali. Ketika Campania menderita kelaparan yang amat sangat, ia memberikan semua persediaan makanan di biara kecuali lima potong roti. “Kamu mungkin tidak memiliki cukup makanan hari ini,” katanya kepada para rahibnya ketika melihat kesedihan mereka, “tetapi besok kamu akan memiliki makanan yang berlebihan.” Esok paginya ada banyak terigu tergeletak tanpa diketahui siapa yang meletakkannya di pintu gerbang biara. Juga dari cerita turun temurun dalam ilustrasi kekuatan profetis Benediktus, dikatakan bahwa ia dapat membaca pikiran manusia. Seorang bangsawan yang baru ia pertobatkan pada suatu waktu melihatnya menangis dan bertanya apa penyebab kesedihannya. Ia menjawab, ”Biara yang telah saya dirikan dan semua yang telah dipersiapkan bagi saudara-saudaraku telah diserahkan ke surga oleh hukuman Yang Mahakuasa. Hampir-hampir aku tidak dapat memohon belaskasihan bagi hidup mereka.” Nubuat ini terbukti sekitar empat puluh tahun kemudian, ketika biara Monte Cassino dihancurkan oleh bangsa Lombard.Ketika Totila, orang Goth menang atas Itali, ia menyampaikan keinginannya untuk bertemu dengan Benediktus karena telah banyak mendengar tentangnya. Oleh karena itu, ia mengirim utusan untuk memberitahukan kedatangannya ke Sang Abbas. Untuk membuktikan apakah orang kudus ini benar memiliki kemampuan seperti yang telah ia dengar, Totila memerintahkan Riggo, kapten pengawalnya untuk mengenakan jubah ungu kebesarannya dan mengirimnya bersama dengan tiga bangsawan yang biasa menyertai raja ke Monte Cassino. Namun, penyamaran ini tidak dapat mengelabui Benediktus yang menyambut Riggo dengan kata-kata, “Anakku, lepaskanlah jubah yang kau pakai itu karena itu bukan kepunyaanmu.” Maka cepat-cepat Riggo pergi dan melaporkan kepada tuannya bahwa ia telah diketahui. Ketika Totila sendiri datang kepada hamba Tuhan tersebut, diceritakan bahwa ia begitu terpesona hingga ia sujud berlutut di hadapannya. Akan tetapi, Benediktus mengangkatnya dari tanah, serta menegurnya karena kelakukan-kelakuannya yang jahat, dan meramalkan kepadanya semua yang akan menimpanya.

Kemudian raja itu mengharapkan doanya dan pergi, dan sejak saat itu tidak menjadi tidak sejahat semula. Kejadian ini terjadi pada tahun 542 dan Santo Benediktus tidak hidup cukup lama untuk melihat semua kepenuhan dari seluruh ucapan profetisnya sendiri. Santo hebat ini juga telah meramalkan banyak hal lainnya dan bahkan juga akan kematiannya yang mendekati. Ia memberitahukan kepada para muridnya dan enam hari sebelum harinya ia meminta mereka untuk menggali kuburnya. Segera setelah hal ini dilakukan ia terkena demam, dan pada hari terakhir ia menerima Tubuh dan Darah Yesus. Kemudian, ketika tangan-tangan penuh kasih dari saudara-saudaranya menopang tubuhnya yang lemah, ia mengucapkan kata-kata doa terakhirnya dan iapun meninggal – berdiri di atas kakinya dalam kapel, dengan tangannya terangkat ke atas mengarah ke surga. Ia dikuburkan di sebelah saudarinya Santa Skolastika di tempat altar dewa Apollo yang ia telah rubuhkan.


Keutamaan dan Teladan Hidup St. Benediktus

1. Pribadi yang sangat mengasihi Allah

Terlahir sebagai seorang putra dari keluarga kaya, tentunya Benediktus dapat menikmati semua kenikmatan yang disediakan oleh dunia ini. Namun, rupanya Tuhan jauh lebih memikat hati Benediktus dibandingkan dengan kenikmatan yang ditawarkan oleh dunia. Baginya hidup sederhana bersama Allah jauh lebih indah dibandingkan dengan hidup yang berlimpah harta dan kedudukan. Tanpa ragu-ragu Benedistus muda meninggalkan keluarga dan hartanya, kemudian ia hidup sangat sederhana dalam sebuah gua di pegunungan dan hanya berpakaian bulu domba. Ia menghabiskan waktunya untuk berdoa dan bermati raga, untuk mengasihi Allah dengan segenap hati dan kekuatannya.


2. Tegas dalam menolak godaan

Hidup secara tersembunyi bagi Allah dan jauh dari dunia rupanya tidak membuat Benediktus terluput dari godaan si jahat. Seringkali Benediktus digoda untuk keluar dari doa-doanya, untuk meninggalkan pertapaannya dan kembali ke dunia. Namun, Benediktus selalu menolak godaan tersebut secara radikal, ia tidak pernah mau mengikuti godaan tersebut.Satu ketika Benediktus pernah digoda begitu hebat oleh roh jahat yang membawa ke dalam imajinasinya seorang wanita yang ia temui sebelumnya. Hatinya dibakar dengan kobaran nafsu, hingga hampir menguasai pikirannya untuk meninggalkan pertapaan. Akan tetapi, dibantu oleh kerahiman ilahi, Benediktus segera melawan godaan tersebut dengan melemparkan dirinya ke semak-semak berduri. Sejak saat itu ia tidak pernah lagi mendapat kesukaran yang sama.


3. Pemimpin yang bijaksana

Cara hidup radikal yang dijalani oleh Benediktus rupanya merupakan suatu persiapan untuk suatu karya besar yang telah disiapkan oleh Tuhan baginya. Cara hidup, kesucian, dan kesalehannya banyak menarik orang-orang di sekitarnya untuk mengikuti cara hidupnya yang keras. Benediktus merupakan seorang pemimpin yang bijaksana, ia memimpin murid-muridnya dengan penuh kasih namun tegas dalam menjalankan peraturan biara demi kebaikan hidup bersama. Ketika ia diminta menjadi pemimpin sebuah biara yang merosot kehidupannya, dengan segera ia menerapkan kembali disiplin dan peraturan biara. Meskipun menemui banyak tantangan, ia tetap berusaha sekuat tenaga untuk membawa mereka kembali pada semangat religius yang benar.


4. Pembimbing rohani yang ulung

Santo Benediktus bukan hanya seorang pemimpin yang bijaksana, tetapi juga seorang pembimbing rohani yang ulung. Ia selalu menolong orang-orang yang datang kepadanya, yang mencari bimbingan rohani dan nasehatnya. Dalam mengajar para rahibnya, Benediktus tidak hanya menekankan doa tetapi menekankan juga pekerjaan tangan. Baginya hidup rohani itu harus seimbang antara doa dan kerja. Pekerjaan tangan ia pandang tidak hanya bermartabat tetapi juga baik untuk kesucian.


5. Seorang yang lembut hati

Kasihnya yang begitu besar kepada Allah juga meluap kepada orang-orang yang ada di sekitarnya, khususnya bagi orang-orang yang miskin, menderita, dan sakit. Benediktus seringkali melayani umat yang ada di sekitar biaranya, menyembuhkan yang sakit, memberikan kelegaan kepada orang yang tertekan, membagikan amal dan makanan kepada orang-orang miskin, dan lain-lain. Benediktus begitu mudah jatuh iba melihat orang yang menderita, dan ia akan berusaha semampunya untuk membantu mereka. Suatu ketika terjadi kelaparan yang amat sangat di Campania. Namun karena belas kasihan dan kelembutan hatinya, ia memberikan semua persediaan makanan di biara kecuali lima potong roti. Pengorbanan dan belas kasihan St. Benediktus rupanya sangat berkenan di hadapan Tuhan, sehingga keesokan harinya ada begitu banyak tepung terigu tergeletak di pintu gerbang biara tanpa diketahui siapa yang meletakkannya.


6. Penuh dengan belas kasih dan pengampunan

Kasihnya yang begitu besar kepada Allah rupanya juga membuat Benediktus menjadi orang yang penuh dengan belas kasihan serta pengampunan kepada orang lain. Baginya kasih kepada sesama adalah perwujudan dari kasihnya yang begitu besar kepada Allah. Kasih bagi Benediktus juga berarti menerima orang lain dalam segala kekurangan dan kelemahan mereka, juga mengampuni segala kesalahan mereka. Namun, itu bukan berarti ia kompromi dengan dosa. Sikapnya ini seperti apa yang diteladankan oleh Yesus sendiri, Ia mengasihi para pendosa tetapi Ia membenci dosa. Sikap ini nampak ketika para rahib di biara memusuhinya, bahkan hendak meracuninya. Belas kasihannya yang begitu besar juga nampak ketika Florentius, seorang imam, membencinya karena iri hati kepada Benediktus.

6. Sharing "Bimbingan Roh Kudus"

1. Dasar-dasar Bimbingan Roh Kudus
Inti agama kristen adalah hubungan pribadi dengan Allah. Yesus datang ke dunia, agar supaya "barang siapa yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan memperoleh hidup yang kekal" (Yoh 3:16). Hidup yang kekal ini adalah "mengenal Bapa, satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang diutus-Nya" (Yoh 17:3). Hubungan pribadi itu begitu eratnya, sehingga Yesus menggambarkannya sebagai hubungan antara pokok anggur dan ranting-rantingnya: "Akulah pokok anggur dan kamu ranting-rantingnya" (Yoh 15: 5). Hubungan pribadi itu mengandaikan komunikasi dari dua pihak. Dari pihak Allah hal itu diungkapkan dalam perhatian dan penyelenggaraan terhadap manusia serta segala kebutuhannya. Allah memperhatikan manusia sampai hal yang sekecil-kecilnya, karena tiada sesuatupun yang luput dari pandangan Allah, bahkan burung-burung di udara tidak lepas dari perhatian dan penyelenggaraan Allah. Itulah sebabnya Yesus dalam Mat 6:25-30 mengatakan, bahwa kita tidak usah kuatir akan apapun juga, baik itu tentang makanan maupun pakaian, karena Bapa yang memelihara burung-burung di udara dan bunga-bunga di ladang juga akan memenuhi segala keperluan kita. Kemudian sebagai alasan yang lebih dalam dikatakan-Nya: "Semua itu dicari bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah. Akan tetapi Bapamu yang di surga tahu, bahwa kamu memerlukan semuanya itu" (Mat 6:32).

Ketika mengajar tentang doa, Yesus bersabda bahwa kalau berdoa supaya jangan bertele-tele memakai banyak kata seperti kebiasaan orang kafir, yang mengira bahwa karena banyaknya kata-kata, doanya akan dikabulkan. Kemudian dikatakan-Nya: "Jadi janganlah kamu seperti mereka, karena Bapamu mengetahui, apa yang kamu perlukan, sebelum kamu minta kepada-Nya" (Mat 6:8).Dari pihak manusia, hubungan itu diungkapkan dalam iman penuh penyerahan diri, seperti diungkapkan Santo Paulus: "Hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku" (Gal 2:20). Iman ini diungkapkan dalam pelaksanaan kehendak Allah sebagai jawaban: "Jika seorang mengasihi Aku, ia akan menuruti firman-Ku" (Yoh 14:23).Dari semuanya itu kiranya jelas, bahwa agama Kristen bukanlah suatu rentetan hukum-hukum, peraturan-peraturan dan perintah-perintah yang harus ditaati, melainkan pertama-tama adalah suatu relasi pribadi dengan Allah sendiri. Memang, hukum, peraturan dan perintah diperlukan sebagai bantuan, supaya kita dapat mengerti apa yang dikehendaki Allah.

Hal itu khususnya berlaku pada awal hidup rohani kita, sebab pada awalnya orang belum cukup mampu untuk mengikuti bimbingan Allah yang lebih langsung. Namun kemudian kalau hubungan pribadi itu berkembang, Allah akan membimbing kita secara lebih pribadi dan langsung. Karena itu pula, bila orang tidak memiliki hubungan pribadi yang nyata dengan Allah, hidupnya lebih dipimpin oleh peraturan-peraturan. Banyak orang yang hidupnya dikuasai perintah-perintah yang negatif seperti jangan berdusta, jangan mencuri, jangan menipu, jangan berzinah, jangan membunuh dll. Tetapi pada dasarnya hidupnya masih dikuasai oleh kehendak dan keinginan sendiri. Kalaupun ia giat dalam kegiatan gereja, pertemuan sel, pertemuan-pertemuan, persekutuan doa dll, semuanya itu masih sebagian besar demi kepentingan diri sendiri atau berpusat pada egonya dan bukan karena cinta kepada Allah. Dalam hal ini, ia tetap menentukan sendiri arah dan keputusan hidupnya, bukan Allah.Dalam kenyataannya sedikit sekali orang yang sadar, bahwa hidupnya seharusnya diserahkan ke dalam bimbingan Allah yang telah lebih dahulu mengasihi dia (Yoh 4:10).

Sedikit sekali yang berani menyerahkan hidupnya ke dalam bimbingan Allah dalam kepercayaan dan pasrah dari hari ke hari, dari saat ke saat. Mengapa demikian? Karena ia tidak memiliki hubungan pribadi yang sadar dengan Allah, ia merasakan bahwa Allah itu jauh dan kurang hidup bagi dia, walaupun sebenarnya Allah sangat dekat. Sebaliknya setelah orang mengalami Pencurahan Roh Kudus, atau dibaptis dalam Roh, Allah menjadi begitu hidup bagi dia dan ia mengalami suatu relasi pribadi yang nyata dengan Allah. Karena oleh Doa Pencurahan Roh Kudus itu, Allah menjadi begitu hidup bagi dia dan semangatnya menjadi menggebu-gebu dan bahkan seringkali menjadi berlebihan dalam banyak hal dan juga dalam menanggapi bimbingan Allah. Dalam hal ini perlu keseimbangan dalam hidup rohani.

Oleh karena itu perlu bimbingan serta ketaatan kalau mau bertumbuh dalam hidup rohani. Bimbingan Allah itu dikerjakan oleh Allah Tritunggal Mahakudus: Bapa, Putera dan Roh Kudus. Namun secara khusus, bimbingan itu dilakukan oleh Roh Kudus, karena Dialah yang diberi tugas untuk itu oleh Bapa (Yoh 15:8-11, 13-15; 14:26). Roh itulah yang dianugerahkan Allah kepada kita dan yang menjadikan kita anak-anak Allah, sehingga kita dapat berkata: ya Abba, ya Bapa (Rom 8:15). Karena itu Dia pulalah yang membimbing semua anak Allah: "Semua orang, yang dipimpin Roh Allah adalah anak Allah (Rom 8:14). Bahkan pada saat-saat yang sukar, dalam masa penganiayaan, Dia pula yang akan mendampingi para murid Kristus: "Sebab bukan kamu yang berkata-kata, melainkan Roh Kudus" (Mrk 13:11) dan Lukas 12:12 mengatakan: "Sebab pada saat itu juga Roh Kudus sendiri akan mengajar kamu apa yang harus kamu katakan".

2. Cara-cara Allah Membimbing

A. Bimbingan umum
Allah membimbing umat-Nya dengan 2 cara, yaitu bimbingan umum dan khusus. Pada permulaan biasanya Allah membimbing umat secara umum lewat sabda-Nya dalam Kitab Suci, lewat Gereja, lewat arah hidup yang umum.

a. Kitab Suci:
Kitab Suci adalah sumber bimbingan yang pertama dan utama. Lewat sabda-Nya dalam Kitab Suci Allah mengajar, menerangi, menyatakan kehendak-Nya, menegur dan menguatkan kita. Namun Kitab Suci tidak dapat ditafsirkan sesuka hati: "Yang terutama harus kamu ketahui, ialah bahwa nubuat-nubuat dalam Kitab Suci tidak boleh ditafsirkan menurut kehendak sendiri (2 P 2:20), melainkan harus ditafsirkan sesuai dengan iman Gereja Universal, Gereja Katolik. Kita boleh dan harus membaca firman Tuhan, namun dalam menafsirkannya harus tunduk pada tafsiran Gereja.

b. Gereja:
Gereja sebagai persekutuan umat beriman di bawah kepemimpinan Paus dan para uskup merupakan Umat Allah yang didirikan oleh Yesus Kristus sendiri. Karena itu Yesus secara istimewa memberikan Roh-Nya kepada Gereja itu, supaya ia selalu setia dan tidak sesat. Kehadiran Roh Kudus yang istimewa dalam Gereja menjadikannya mampu untuk mengerti kehendak dan bimbingan Roh Kudus sendiri dan menafsirkannya untuk tiap masa dan situasi bagi umat beriman. Gereja juga diberi karunia dan wewenang untuk menafsirkan Kitab Suci secara tepat. Itulah sebabnya kita harus mempelajari sabda Tuhan dan ajaran iman Gereja, supaya tahu apa yang dikehendaki Allah bagi kita.

c. Status hidup:
Pada umumnya kehendak Allah tidak dapat bertentangan dengan status hidup yang telah dipilih oleh seseorang, biarpun kadang-kadang ada kekecualian juga. Misalnya seorang kepala keluarga harus bertanggung jawab atas kesejahteraan keluarganya. Karena itu ia tidak dapat memberikan pelayanan dengan mengabaikan kewajiban tersebut.

B. Bimbingan khusus secara pribadi
Dalam Perjanjian Baru Allah sering memberikan bimbingan secara khusus. Yesus telah mencurahkan Roh-Nya kepada semua orang yang percaya kepada-Nya, supaya mereka itu mengalami kehadiran, hiburan, kuasa dan bimbingan Allah. Karena adanya hubungan pribadi, Allah ingin secara khusus berbicara kepada umat-Nya serta membimbing mereka, bukan hanya secara kolektif atau masal, melainkan juga secara pribadi. Inilah perbedaan yang menyolok dengan Perjanjian Lama, di mana umat umumnya hanya dibimbing secara masal. Bimbingan khusus ini dapat berupa:

a. Inspirasi atau ilham:
Inspirasi ialah penerangan Roh Kudus yang diberikan kepada seseorang secara langsung untuk mengerti atau melakukan sesuatu. Roh dapat memberikan inspirasi tersebut kepada seseorang dan dengan demikian menyatakan kehendak-Nya kepada orang tersebut. Inspirasi dapat disertai dorongan Roh. Inspirasi dapat berlaku untuk suatu rencana jangka panjang.

b. Dorongan Roh:
Ini merupakan rasa batin yang memberikan keyakinan, bahwa Allah ingin, agar supaya dia melakukan atau mengatakan sesuatu. Ini biasanya untuk suatu tindakan dalam jangka pendek. Dorongan ini merupakan suatu desakan batin dari Roh, tidak sama dengan perasaan, walaupun kadang-kadang dorongan Roh ini bisa dirasakan juga. Ini merupakan suatu pengalaman pribadi dan subyektif dan karenanya dapat keliru. Namun hal itu adalah sesuatu yang amat berharga dan merupakan buah umum dari pencurahan Roh Kudus. Kemungkinan bahwa orang dapat keliru bukan alasan untuk mematikannya, melainkan diperlukan kebijaksanaan dan kepekaan untuk dapat membeda-bedakan roh atau discernment.

c. Tanda-tanda:
Ini cara lain yang juga sering dipakai Allah untuk berbicara kepada kita. Tanda yang paling sering dipakai ialah ialah teks Kitab Suci. Suatu saat teks Kitab Suci dapat tiba-tiba mencuat keluar dan menyentuh hati kita, kadang-kadang dapat dalam sekali, seolah-olah teks itu ditujukan kepada kita secara pribadi. Teks-teks seperti itu amat baik untuk meneguhkan dorongan Roh atau inspirasi.
Kadang-kadang ada orang yang berdoa untuk suatu teks: mohon kepada Allah untuk menunjukkan kehendak-Nya melalui teks-teks Kitab Suci. Hal itu dapat dilakukan dengan 2 cara:- membuka Kitab Suci begitu saja- memperhatikan teks yang muncul dalam pikiran setelah berdoa.Cara-cara ini, walaupun dapat berasal dari Tuhan, namun sangat berbahaya, khususnya dengan membuka Kitab Suci begitu saja. Dalam hal itu yang sering terjadi ialah, bahwa Kitab Suci berubah menjadi buku ramalan.
Demikian pula memperhatikan teks yang muncul dalam pikiran, karena sukar sekali membedakan, mana yang dari pikiran sendiri, mana yang dari Allah.

Dalam banyak hal yang muncul ialah pikiran sendiri. Karena itu sebaiknya cara-cara seperti itu hendaknya jangan dipakai menjadi satu kebiasaan yang lama-kelamaan menjadi keterikatan. Lain halnya kalau orang mendapat dorongan dari dalam untuk membuka Kitab Suci. Pada waktu itu teks tersebut akan mencuat dan memberikan keyakinan yang besar. Demikian pula bila teks itu tiba-tiba muncul sendiri dalam pikiran secara kuat dan konsisten. Kalau tidak, sebaiknya dihindari saja, karena mudah sekali orang keliru.

d. Vision dan sabda batin:
Orang juga dapat menerima vision, penglihatan, misalnya melihat Tuhan Yesus, Bunda Maria, orang kudus, atau sesuatu yang lain. Hal itu dapat terjadi lewat mata jasmani atau mata batin. Orang juga dapat mendengar sabda. Hal itu dapat terjadi lewat telinga jasmani maupun telinga batin. Namun semuanya itu dapat berasal dari setan, dari diri sendiri atau dari Allah, karena itu dalam hal ini kita harus sangat hati-hati. Semakin jasmaniah, semakin berbahaya, karena semakin mudah ditiru oleh si jahat atau timbul dari fantasi sendiri. Karena itu dalam hal ini sikap kita ialah: jangan dipedulikan.
Mengapa?
Kalau itu datangnya dari Allah, maka pada saat diberikan, buahnya sudah tertanam dalam hati kita, yaitu pertobatan, kerendahan hati, pertambahan iman dan cintakasih. Tujuan Allah memberikan semuanya itu ialah untuk memperoleh buah-buah tersebut, bukan supaya orang dapat berbangga-bangga. Itu semua adalah pemberian Allah yang cuma-cuma dan diberikan kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan kapan dikehendaki-Nya menurut kebijaksanaan-Nya. Mendamba-dambakan hal itu berarti membuka diri bagi penipuan si jahat.

Sikap yang paling tepat dalam hal ini ialah sikap lepas bebas dalam kepasrahan kepada kebijaksanaan Allah, yang tahu, apa yang kita perlukan, apa yang paling baik bagi kita. Kadang-kadang situasi atau keadaan yang menguntungkan dapat menjadi petunjuk kehendak Allah. Namun dalam hal inipun kita harus hati-hati, karena setan juga dapat menciptakan suatu situasi tertentu. Dalam semuanya itu kita harus memakai akal yang sehat dan kita harus memperdalam pengertian kita tentang jalan-jalan Tuhan, khususnya dengan mempelajari tradisi Gereja lewat tokoh-tokohnya yang besar. Dalam semuanya itu sikap dasar kita yang paling tepat ialah kerelaan untuk melaksanakan kehendak Allah. Bila kita sungguh-sungguh rela untuk melaksanakan kehendak-Nya, Tuhan akan menyatakannya kepada kita dengan cara yang tepat dan aman, tanpa keraguan.

C. Bimbingan khusus lewat orang lain
Belajar dari orang lain yang berpengetahuan dan berpengalaman serta minta nasehat-nasehatnya adalah suatu cara untuk dengan tepat mengenal kehendak Allah. Namun secara konkrit, kita menghadapi persoalan besar: Di manakah kita dapat menemukan orang yang demikian itu? Di mana harus kita cari? Mungkin untuk menemukan orang yang hanya sekedar menjadi pendoa saja, tidak begitu sulit untuk menemukannya. Tetapi untuk menemukan pendamping dan pembimbing rohani di tengah dunia dewasa ini, rasanya sulit karena masalah waktu menjadi problem besar. Hampir seluruh aktifitas manusia tersita oleh urusan-urusan duniawi yang menuntut kompetitif sehingga tanpa sadar manusia sudah mendewakan materi. Banyak orang melupakan kebutuhan dasar manusia yaitu kebutuhan untuk dicintai dan mencintai, terutama akan cinta Allah dan juga cinta manusia karena manusia diciptakan segambar dengan Allah dalam hal kasih.
Namun bila kita sungguh-sungguh mencari kehendak Allah dengan tulus ikhlas, Allah akan mengutus orang semacam itu kepada kita pada saat kita sungguh memerlukannya.

Catatan:
Untuk menerima bimbingan Allah itu dan mengenali kehendak-Nya kita harus belajar membeda-bedakan bermacam-macam roh atau mengadakan discernment. Karunia membeda-bedakan bermacam-macam roh merupakan karunia yang tidak tetap, yang diberikan Allah secara cuma-cuma kepada orang-orang tertentu, pada saat-saat tertentu pula. Inilah karunia Roh Kudus yang disebutkan Santo Paulus dalam 1 Kor 12:10. Namun disamping itu ada suatu proses discernment yang dapat kita pelajari berdasarkan pengertian yang sehat dan pengalaman para kudus, seperti yang tersimpan dalam Tradisi Gereja. Justru supaya semangat Pembaharuan dalam Roh Kudus tetap berjalan dalam jalan yang benar dan tetap sehat, kita amat memerlukan discernment itu.

3. Tumbuh dalam menerima bimbingan
Supaya dapat tumbuh dalam menerima bimbingan Allah, kita harus:
1. Memperdalam hubungan pribadi kita dengan Allah lewat doa-doa pribadi.
2. Rajin mempelajari dan meresap-resapkan sabda Allah dalam Kitab Suci.
3. Tetapi terutama dengan memupuk kerinduan dan kerelaan untuk melaksanakan kehendak Allah, apapun itu, karena kita tahu, bahwa Allah hanya menghendaki yang terbaik bagi kita, walaupun mungkin saat itu kita belum dapat mengertinya.
4. Penyerahan diri kepada Allah akan membuat kita semakin peka terhadap bisikan Roh Kudus yang berbicara pada kedalaman lubuk jiwa kita.
5. Kesabaran dan kesetiaan: kita harus sabar dan setia untuk tumbuh dalam hubungan pribadi dengan Tuhan dan dalam menerima bimbingan, karena hal itu membutuhkan waktu. Lewat pengalaman-pengalaman sedikit demi sedikit kita akan tumbuh dalam hal bimbingan Allah itu.

5. Sharing "Lectio Divina / Membaca Kitab Suci"

I. PENDAHULUAN
Istilah Lectio Divina berasal dari Origenes.

Menurut asal usulnya Lectio Divina adalah pembacaan Kitab Suci oleh orang-orang Kristiani untuk memupuk iman, harapan dan kasih. Lectio Divina sudah setua Gereja yang hidup dari Sabda Allah dan tergantung dari padanya seperti air dari sumber (Dei Verbum 7,10,21).Pada awalnya tidak ada pembacaan yang diorganisir dan metodis, melainkan tradisi sendiri yang diteruskan dari generasi ke generasi, lewat praktek umat Kristiani. Sistematisasi Lectio Divina dalam empat jenjang baru terjadi pada abad XII. Pada sekitar tahun 1150 Guigo, seorang rahib, mengajukan teori empat jenjang dalam pembacaan Kitab Suci. Hal ini didapatkannya ketika suatu kali tiba-tiba nampak dalam budinya empat tangga jenjang rohani yaitu: pembacaan, meditasi, doa dan kontemplasi. Ini adalah tangga yang dinaiki para rahib dari bumi ke surga. Jenjangnya hanya sedikit tetapi luar biasa tingginya dengan ujung bawah tegak di atas bumi dan ujung atas menerobos awan-awan mencari rahasia surga. Setiap jenjang ini menghasilkan efek yang khas dalam diri orang yang membaca Kitab Suci.

II. TUJUAN LECTIO DIVINA

Kita mencoba untuk mencapai apa yang dikatakan Kitab Suci: “Sabda sangat dekat padamu, dalam mulutmu dan dalam hatimu, untuk kamu laksanakan” (Ul 30:14). Dalam mulut lewat pembacaan, dalam hati lewat meditasi dan doa, dan pelaksanaannya dalam hidup lewat iman yang dikuatkan oleh kontemplasi. Tujuan Lecito Divina adalah tujuan Kitab Suci sendiri yaitu: * Memperoleh hikmat yang dapat membawa kepada keselamatan karena iman akan Yesus Kristus (bdk. 2 Tim 3:15).* Mengajar, menyatakan kesalahan, memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran dan dengan demikian membimbing umat Allah untuk segala pekerjaan baik (bdk. 2 Tim 3:16-17).* Membantu kita belajar dari kesalahan pendahulu-pendahulu kita agar tidak jatuh dalam kesalahan / dosa yang serupa (bdk. 1 Kor 10:6-10). III. EMPAT LANGKAH LECTIO DIVINAEmpat jenjang Lectio Divina adalah: pembacaan, meditasi, doa, kontemplasi. Tidak selalu mudah membedakan yang satu dari yang lain. Apa yang dikatakan beberapa orang tentang pembacaan, oleh yang lain dapat dikenakan pada meditasi, dsb. Sikap membaca misalnya dapat berlangsung juga selama meditasi. Keempat sikap itu ada dan berlangsung bersama sepanjang seluruh proses lectio divina, meskipun intensitasnya berbeda sesuai dengan jenjang yang dicapat seseorang.

III.
1. Langkah Pertama: Pembacaan (Lectio)

Pembacaan berarti mempelajari Kitab Suci dengan kerajinan dan perhatian besar. Dengan membaca dengan jelas, perlahan-lahan dan lantang kita menempatkan Sabda Allah di mulut kita, seperti menempatkan makanan pada mulut kita. Membaca merupakan titik awal. Langkah ini membuat pembaca berpijak di bumi. Hal ini perlu sebagai persiapan untuk meditasi dan dialog dengan Tuhan, agar meditasi bukanlah hanya buah khayalan belaka namun berdasarkan teks Kitab Suci dan realitas. Membaca dengan penuh perhatian membantu agar teks Kitab Suci tidak dimanipulasi dan disempitkan menurut pendapat dan keinginan kita sendiri. Karena teks mempunyai arti dalam dirinya sendiri tak tergantung pada orang yang membacanya. Dalam hal inilah sumbangan studi Kitab Suci muncul untuk membantu Lectio Divina yang baik. Kita perlu mengenal teks dalam rangka konteksnya. Catatan:Bagi yang mampu, baiklah mengikuti studi Kitab Suci yang membahas aspek literer, historis dan teologis, tetapi dalam hal ini harus waspada terhadap tafsiran yang rasionalistik tanpa iman, yang sering masih dijumpai dalam studi-studi Kitab Suci. Di samping itu perlu disadari, bahwa untuk dapat melakukan lectio divina tidak mutlak harus melakukan studi ilmiah dan kecuali itu hendaknya disadari pula, bahwa semua itu bukan tujuan lectio divina, melainkan hanya sarana dan bantuan untuk mencapai tujuan. Langkah pertama ini mau menjawab pertanyaan: apa yang dikatakan teks?Membaca teks bagi kita haruslah dengan penuh perhatian dan hormat karena setiap kata berasal dari Allah. Tuhanlah yang memberikan sabda itu kepada kita dengan cara yang sangat pribadi. Mengingat-ingat Sabda adalah juga berarti mengingat Allah dan Tuhan kita Yesus Kristus.Membaca teks berulang kali bagi diri sendiri sehingga hati kita terpusat pada Sabda sudah mengarah pada doa batin. Bila ada gagasan atau kalimat atau kata yang menarik perhatian kita, hendaklah berhenti di situ.Pembacaan harus membuat kita menjadi akrab dengan teks sampai pada titik dimana teks menjadi kata-kata kita sendiri. Kasianus berkata: “Diresapi dengan perasaan yang sama dengan yang meresapi penulisan teks, sehingga seakan-akan kita menjadi penulis-penulisnya”. Saat itulah kita dapat mengetahui bahwa Allah mencoba mengatakan sesuatu kepada kita. Pada saat itu kita menundukkan kepala, menjadi hening dan membuka pendengaran kita: “Aku mau mendengarkan apa yang dikatakan Allah, Tuhan” (Mzm 85:9). Pada saat itulah pembacaan berubah menjadi meditasi dan bergerak menuju langkah kedua yaitu meditasi.

III.
2. Langkah Kedua: Meditasi (Meditatio)

Jika langkah pertama mau menjawab pertanyaan: “Apa yang dikatakan teks?”, maka meditasi mau menjawab pertanyaan: “Apa yang dikatakan teks kepada kita saat ini, di sini, di tempat ini?”.Begitu kita sudah menempatkan Sabda Allah ini dalam mulut kita dan mulai mengu-nyahnya, maka kita sudah mulai bermeditasi berdasarkan teks tersebut. Meditasi berarti memamah, mengunyah Sabda dan berdiam dengan tenang menikmati setiap potong Sabda untuk menyarikan maknanya. Berdialoglah dengan teks melalui pertanyaan reflektif misalnya: apakah persamaan dan perbedaan situasi yang ada pada teks dan sekarang? Konflik yang ada dalam teks dan juga menjadi konflik pada situasi sekarang ini? Apakah pesan teks untuk situasi sekarang? Perubahan sikap apa yang disarankan teks bagiku? Hal apa yang menurut teks harus tumbuh dalam diriku? dls. Setiap kata dari teks hendaklah ditujukan pada diri sendiri. Penting kita perhatikan bahwa langkah ini adalah proses intuitif, sehingga kita dapat melakukannya seperti sedang membaca surat cinta berulang-ulang. Setiap kata begitu dinikmati dan menjadi bagian dirinya. Seorang yang membaca surat dari kekasihnya bahkan hafal kalimat-kalimat yang tertulis itu.Orang yang bermeditasi merenungkan dan merasakan kebenaran yang tersembunyi dalam Sabda Allah dan menjadikannya sebagai kebijaksanaan dalam hidupnya. Merenungkan tidak berarti terus-menerus berpikir-pikir tentang teks itu, melainkan lebih meresap-resapkannya dengan mengulang-ulang teks tersebut, sampai artinya meresap ke dalam hati kita. Bermeditasi ini pada hakikatnya mendengarkan kata-kata yang dibaca secara berulang-ulang untuk menemukan makna yang terkandung dalam Sabda tersebut.Sulit menentukan dengan tegas pada saat mana orang beralih dari meditasi ke doa sebagaimana kita sulit mengatakan dengan tepat bilamana orang beralih dari masa remaja ke masa dewasa. Namun ada patokan yang dapat digunakan. Meditasi membuat makna teks itu terbuka bagi kita dan relevan dengan situasi sekarang dan memberi gambaran akan apa yang diminta Allah dari kita. Bila kita mempunyai gambaran yang jelas mengenai apa yang diminta Allah, tibalah saatnya kita bertanya: Sekarang apa yang hendak kukatakan kepada Allah? Apakah aku menerima atau tidak? Bila yang diminta Allah pada kita menjadi jelas, maka menjadi jelas juga segala keterbatasan, hambatan dan ketidakmampuan kita. Pada saat itu dapatlah kita memohon kepada-Nya: “Tuhan, bangkitlah, bantulah kami” (Mzm 44:27). Dengan kata lain, meditasi ini adalah benih doa.Santa Teresia Avila menambahkan unsur penting untuk membantu bermeditasi yaitu: menempatkan diri kita di dalam hadirat Tuhan. Santa Teresia mengajar kita untuk menyadari kehadiran Tuhan yang amat dekat pada kita.

III.
3. Langkah Ketiga: Berdoa (Oratio)

Dalam membaca kita bertanya: “Apa yang dikatakan teks?”. Dalam meditasi kita bertanya: “Apa yang dikatakan teks kepadaku?”. Sedangkan dalam berdoa kita bertanya: “Aku diajak teks mengatakan apa kepada Allah?”Dalam langkah ketiga ini kita memberi tanggapan dan mengungkapkan di hadirat Allah, apa yang dibangkitkan dalam diri kita oleh Sabda yang telah kita renungkan. Berdoa adalah tanggapan yang muncul dari hati kita atas Sabda Tuhan. Doa ini dapat berupa permohonan, pujian, syukur atau penyesalan. Kita dapat mengungkapkan doa kita dalam suatu percakapan dengan Yesus atau Bapa, boleh juga kadang-kadang dengan Roh Kudus, secara spontan, seperti seorang sahabat yang berbicara dengan sahabatnya yang mengasihi dia, seperti yang diungkapkan Santa Teresa Avila. Percakapan ini hendaknya spontan, sederhana, wajar, tanpa dibuat-buat. Supaya tidak menjadi monolog, doa ini harus bermuara dalam kontemplasi.

III.
4. Langkah Keempat: Kontemplasi (Contemplatio)

Bila pembacaan Sabda berulang-ulang meletakkan Sabda pada bibir kita, meditasi menempatkan Sabda dalam pikiran kita, berdoa menempatkan Sabda pada hati kita, maka dengan bantuan rahmat Tuhan, kontemplasi mengukirkan Sabda pada roh kita.Kontemplasi berasal dari kata latin “contemplari”, yang berarti memandang. Doa kita berubah dari suatu percakapan menjadi suatu pandangan kasih dalam iman, dalam keheningan, tanpa kata-kata, tanpa gagasan. Bila pada awalnya saat-saat kontemplasi ini hanya singkat saja, lama kelamaan, bila kita setia, saat-saat itu dapat menjadi lebih panjang dan bila Tuhan berkenan, orang bahkan ditarik ke dalam keheningan yang besar dan keterserapan dalam Allah. Dalam keheningan dan kedamaian inilah Allah mencurahkan kasih dan kebijaksanaan-Nya. Walaupun demikian janganlah memaksa tinggal dalam keheningan itu bila tidak ditarik dari dalam, sebab kalau demikian keheningan itu menjadi kekosongan yang steril. Sebaliknya bila orang ditarik ke dalam keheningan dari dalam, janganlah takut, sebab itu sungguh suatu rahmat yang besar. Kita bisa tetap diam tenang pada inti terdalam jiwa, menunggu, memandang dan merasakan kehadiranNya yang melampaui kata-kata. Kita berjumpa dengan Sang Sabda sendiri. Kita diangkat untuk mengenal Dia yang sudah lebih dulu mengenal kita sedalam-dalamnya. Kita diangkat untuk mencintai dan dicintai dalam kekuatan Roh yang berdoa di dalam diri kita. Dengan memasuki suatu cahaya yang baru kita mengalami transformasi. Kita telah sampai pada sumber air hidup dan diberi minum secara cuma-cuma dari Sang Penyelamat kita. Bila kita mulai keluar lagi dari keheningan, artinya tidak terpusat lagi, kita dapat mulai lagi proses dari awal, dari langkah I dan seterusnya, atau dapat juga sekedar mengulang-ulangi nama Yesus. IV.


PENUTUP

Dalam melakukan Lectio Divina kita perlu kedisiplinan, ketenangan hati dan tentunya rahmat Tuhan sendiri. Hal terpenting bukanlah banyak berpikir tentang Sabda melainkan banyak mencinta sebagaimana diucapkan Teresa Avila. Semoga melalui Lectio Divina kita semakin me-ngalami persatuan dengan Tuhan.

Kamis, 26 Juni 2008

4. Sharing Ketetapan Paus Yohanes Paulus II tetang Iman

Ketetapan Paus Yohanes Paulus II tentang Iman
Sumber Soul, edisi khusus 2003

Pada tahun suci 2000, sebagaimana yang kemudian ditulis oleh Bapa Suci dalam Novo Millenio Ineunte (No 11) :
“Sepanjang kenangan akan kelahiran Sang Putra, bagaimana mungkin kenangan akan Sang Ibu dapat terlupakan? Maria hadir dalam Perayaan Yubelium di atas semua ketetapan tentang iman yang hadir sebagai dari keuskupan besar di seluruh dunia; aku percayakan kedalam sifat keibuannya untuk melihara kehidupan semua pria dan wanita pada millennium baru ini.”
Tak pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah bahwa seorang Paus mengtasnamakan seluruh Gereja para Uskup dan seluruh umat manusia, secara sungguh-sungguh memohon perlindungan kasih sayang Sang Bunda dan kekuatan perantaraannya kepada Sang Putra, sepanjang millennium ini. Dan yang lebih penting lagi adalah bahwa Paus Yohanes Paulus II mengumumkan sebuah ketetapan tentang imannya, yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam kesatuannya dengan lebih dari 1400 Uskup, pada sebuah Misa Yubelium para uskup yang mereka rayakan bersama Bapa Suci dan 76 Kardinal itu adalah pertemuan seluruh uskup yang tersebar di basilica Santo Petrus sejak Konsili Vatican II.

Sebuah Mahkota untuk Tahun Yubelium.
Ketetapan tersebut dibuat untuk menujukan peranan Maria dalam rencana Tuhan sebagai Ibu dari Yesus dimana “Keselamatan menjadi penuh dan Unik”. Tetapi, mengingat bentuk tertulisnya tidak ada yang menyebutkan persetujuan apa pun akan kehadiran dari Bunda kita, dalam membuat ketetapan Yohanes Paulus II memilih untuk menghubungkannya dengan Perawan dari Fatimah yang disimbolkan dengan kehadiran patungnya yang sudah dengan sangat baik. Kepentingan yang luar biasa dari kedatangan para peziarah ke Vatican itu adalah karena patung Bunda kita dari fatimah telah dibuat secara jelas oleh Komite Pusat Yubelium Agung dengan mengatakan bahwa ini akan menjadi suatu “Tanda” Maria disepanajang tahun suci ini. Penetapan iman kepada Maria akan mempunyai karakter tertentu yang sangat berarti. Dan hal tersebut memahkotai Yubelium Agung, menurut apa yang tertulis dalam kata pengantar yang terlihat sebagai sebuah kesatuan Yubelium Kristus dan Yubelium Sang Bunda.(No 12)
Kami merenungkan puncak ketetapan dari rangkaian perkembangan ketetapan yang dibawakan oleh Yohanes Paulus II sejak peristiwa 13 Mei 1981 ke depan. Pada sebuah peristiwa yang sangat berarti bagi Gereja, mungkinkah Sang Paus menganugerahi sebuah tanda persetujuan yang lebih tinggi pada Pesan Fatimah?

Percaya pada pemeliharaan Kasih Sayangnya.
Selanjutnya, sebuah catatan tentang bagaimana kehadiran Bunda Maria dari fatimah mengilhami program untuk Perayaan Yubelium bagi para Uskup.
Patung Bunda Maria dari Fatima tiba di Vatican pada tanggal 6 Oktober dan tinggal semalam di dalam Kapel pribadi Paus, baru keesokan paginya, patung diperlihatkan untuk acara penghormatan di Basilika Santo Petrus dan pada sore harinya, patung tersebut diarak di halaman Gereja Santo Petrus, dimana para Uskup berkumpul untuk berdoa Rosario. Hari itu, Bapa Suci mengamati satu hal, yaitu perayaan Rosario Suci, dan pada para Uskup berkumpul untuk berdoa Rosario.
Hari itu, Bapa Suci mengamati satu hal, yaitu pereyaan Rosario Suci, dan juga hari Sabtu pertama pada bulan itu. Kelompok-kelompok dari lima benua bergabung untuk berdoa Rosario. Pada akhir setiap peristiwa sebuah syair dari “Hymne Fatima” yang popular dinyanyikan dan satu dari kelima lilin yang ada didepan patung Bunda maria dinyalakan. Peristiwa kelima dipimpin oleh Suster lucia dan komunitas Karmel di Coimbra, mewakili Eropha dan pada akhir Doa rosario tiga orang putra altar menaruh karangan bunga di kaki Bunda kita dan sementara itu lagu “Salve Regina” dinyanyikan. Pada sapaannya diikhir Doa rosario bapa Suci mengatakan bahwa doa mereka seharusnya berbunyi “dalam cahaya Pesan Fatima yang isinya membantu kita untuk merefleksi perjalanan sejarah di abad 20. Untuk menguatkan pandangan spiritual ini, kami sangat beruntung mempunyai patung Bunda maria dari Fatima di tenggah-tenggah kami. Di akhir perayaan, kami mempercyakan kedalam pemeliharaan kasih sayang Hati Maria Yang Terberkati.(L’Osservatore Romano, 11 Oktober 2000).
Dalam kata-kata tersebut bapa Suci membuat hal itu menjadi jelas, meskipun maksudnya tidak secara formal ditunjukkan dalam keputusan tertulis. Meski demikian, keputusan ini merupakan suatau bentuk respon atas permintaan Bunda kita dari Fatima, bukan sebagai kepercayaan ke[pada Hatinya Yang Tak Bernoda.

Lihat Bunda-Mu
Pada Misa Yubelium para Uskup, patung Bunda Maria dari Fatima ditempatkan di bawah kaki Salib besar di sebelah altar lapangan Santo petrus. Oleh kerena itu, hal ini memberikan sebutan baru dari gambaran Tuhan kita pada Kayu salib, seperti tertulis dalam Kitab Yohanes 19 : 25 : “Berdiri di dekat Salib Yesus adalah Ibu-Nya”.
Dengan penuh hormat pada keputusan kepercayaan, Uskup Agung Tarcusius Bertone, SBD (Sekretaris Konggregasi Iman) menjelaskan bahwa maksud Paus adalah untuk membantu perkembangan “sebuah pembaharuan hubungan komunitas individual dangan Kristus dan Gereja dengan Maria, yang mendampingi Gereja dengan kasih sayangnya di tengah-tengah kesulitan dengan iman dan dengan dunia”.

Sebuah pekerjaan Baru dalam Kristus.
“Paus menginginkan Perayaan Yubelium mengambil tempat khusus bagi para Uskup” Uskup Agung melanjutkan “Jadi dengan bantuan Bunda maria, para Uskup dapat menanamkan iman mereka dengansebuah kekaguman baru akan Kristus.” Paus telah mempertimbangkan dengan matang istilah “iman” dalam rangka mengingatkan kata-kata Yesus yang meninggal di Kayu Salib, saat Dia mempercayakan Ibu-Nya pada para murid-Nya dan para murid-Nya pada Ibu-Nya (Yoh 19 : 26).
Uskup Agung Bertone juga menjelaskan “Daripada menggunakan istilah “Konsekrasi” dalam ketetapan ini, Bapa Suci lebih memilih istilah “Iman” atau tempat di bawah perlindungan Maria, Gereja, para Uskup dan semua orang guna merealisaikan dengan rendah hati bahwa kita membutuhkan bantuan dari Tuhan, dan oleh karena itu, kita menerima melalui perantaraan Maria.”
“Lebih jauh lagi, Paus tidak merasa perlu untuk mengulangi ketetapannya saat konsekrasi pada Hati Bunda Kita pada tanggal 25 Maret 1984; Hal ini telah ditegaskan pula sebelumnya oleh Suster Lucia dalam sebuah surat tanggal 8 November 1989,” kutip Uskup Agung Bertone. Akhirnya, tanggal 9 Oktober, sehari sesudah ketetapan tentang iman disebarluaskan, Kardinal Angelo Sodano pergi ke Patio Santo Damaso di Vatican, mengucapkan salam perpisahan pada para peziarah Perawan dari Fatima. Atas nama Bapa Suci dan seluruh rekan-rekan di Tahta Suci, Sekretaris Negara Vatikcan membuat pernyataan hangat tentang kunjungan Bunda maria dan sebuah kekaguman atas iman dalam pesanya:
“Perawan Yang Suci, patungmu yang mulia telah kembali ke tempat keramat yang indah di Fatima. Kami telah menyambutnya dengan perasaan yang penuh cinta, memikirkan dirimu yang mau disampaikan sekali lagi kepada Bapa Suci, Yohanes Paulus II, dan telah mengatakan pada kami semua dan para sejawatnya, bahwa kau telah memelihara rumah ini, rumah dari penerus Petrus dengan penuh cinta. Kami semua, ya Maria ingin menghidupkan pesan yang kua tinggalkan untuk kami.(Zenit, 9 September 2000). Bukankah semua kata-kata yang menyentuh ini meliputi semuanya bahwa Bapa Suci mencarinya untuk menyelesaikan pesan Bunda maria dari Fatima?”

Rabu, 25 Juni 2008

3. Sharing "Devosi kepada Bunda Maria"

Maria Bunda para Novis

Devosi kepada Bunda Maria yang dihayati dalam kerangka penghayatan keagamaan seseorang, dipengaruhi oleh lingkungannya, dalam kehidupan masyarakat bercorakkan ritual dan fungsional.
Devosi para novis juga dipengaruhi oleh kalangan tersebut, bila telah mendoakan Doa Rosario, Novena Tiga Salam Maria, Doa Malaikat Tuhan dan Ziarah secara tekun, rajin dan setia merasa sudah berdevosi kepada nya.
Rumusan doa-doa tertentu bila didoakan secara benar dan tekun, dipercaya membawa keselamatan. Nampaknya mutu devosi kepada Bunda maria diukur oleh kenyataan sejauh mana mereka setia, tekun dan rajin mendaraskan rumusan doa-doa dan berziarah ke tempat ziarah Bunda maria.

Sedangkan penghayatan iman yang bersifat fungsional, nampak dalam sikap penghormatan kepada Bunda maria yang digunakan menurut kepentingan dan kebutuhannya sendiri. Misalnya bila ingin berhasil dalam ujian, maka mohon pertolongan melalui Doa Rosario atau Novena Tiga Salam Maria. Nampaknya devosi kepada nya difungsikan untuk kepentingan, dan dilakukan karena menguntungkan serta pula dipakai untuk membela kepentingannya sendiri yang sebagian besar bercirikan egoistic.

Kiranya perlu diperbaiki pandangan dan ritual yang bercorak egoistic, perlu dikembangkan lebih dalam lagi devosi kepada Bunda maria yang dihayati dalam kerangka penghayatan iman yang personal mendalam dan dipraktekan dalam prilaku dan hidup sehari-hari.

Bila Devosi kepada Bunda maria dihayati dalam kerangka rencana Keselamatan Allah, yang terlaksana dalam hidup Sengsa, Wafat dan kebangkitan Kristus. Akan sangat membantu perkembangan iman kita akan Misteri-Nya, kita pun akan semakin bertambah dalam Hikmat Sabda Tuhan. Karena Yesus Kristus adalah Sumber Kehidupan. Maka, secara otomatis kitapun akan bertambah peka dan menyerupai Putra-Nya. Bunda Maria adalah Bejana yang Suci yang dipakai Allah untuk mengenapi Hidup itu sendiri di dalam, kesatuan Maria dan Yesus sangatlah erat serta tak dapat dipishakan “Perantara Penebusan”.

Bila, kita ingin berdevosi kepada Bunda Maria sebaiknya bermeditasi dan mengkontemplasikan kehidupan Sang Putra Allah, karena kita dapat terjebak kepada pumusatan yang dapat menyesatkan iman kita.

Contoh sederhana dengan diawali doa :

Ya, Bunda Maria yang tak bernoda,
Engkau hamba Allah Bapa yang setia,
Bunda Putra yang sangat terpuji,
Jadikanlah hatiku seperti hatimu,
Seraya merenungkan,
Misteri-misteri yang terungkap,
Dan terpendam didalam hatimu.
Perkenankanlah aku,
Selalu hidup dengan Putramu Yesus Kristus,
Penyelamatku,
Yang telah ditentukan sebagai,
Jalan, kebenaran dan hidup.
Dengan pertolongan rahmat yang telah,
Engkau terima,
Munuju kesatuan Misteri Tritunggal Yang Maha Kudus.
Amin.

Lalu ada tiga sikap yang perlu pula diusahakan dan dikembangkan agar devosi, pribadi kepada Bunda maria didasari oleh Penghayatan Iman yang benar dan Personal.

Pertama : Maria menjadi model utama iman kita dan persembahan diri kita juga.
Sikap Bunda maria yang perlu menjadi “Sikap Dasar” kita adalah “Terjadilah kepadaku menurut kehendak-Mu”- “Fiat” dalam menanggapi tawaran dari Allah. Bunda maria juga bersikap menerima dan proaktif kepada Putra Alla, Yesus Kristus yang ia kandung; agar kitapun dapat menyerahkan kepada dunia. Kedua sikap Maria tersebut menyatakan kesadaran terhadap Rencana allah bukan menurut kehendak kita yang berlaku dan kesiapsediaan total untuk memenuhi Rencana Allah. Sikap yang demikian akan tumbuh dan berkembang, bila sering merefleksikan dan merenungkan hidup dan panggilan Maria.

Kedua : Kedekatan dengan Maria mengarahkan kita untuk menghayati Misteri Kristus
“Sabda dan Ekaristi”. Relasi personal dengan Bunda maria memampukan kita untuk mengalami perasaan hati Maria yang merenungkan misteri hidup Yesus yaitu peristiwa Inkarnasi dan Kelahiran-Nya, peristiwa hidup Publik-Nya, serta peristiwa Sengsara dan Kebangkitan-Nya. Kemampuan untuk dapat mengalami perasaan hati Bunda Maria tersebut, mengandaikan adanya keterlibatan dalam pereyaan LIturgis Maria sebagai Bunda Gereja “Bait Allah/Taber Nakel”-“Rahimnya telah diberkati”.
Dengan setia dan tekun mendengarkan “Sabda Putra Allah” seperti didalam setiap Renungan dalam Peristiwa-peristiwanya, atau dapat juga dikembangkan dalam peristwa-peristiwa yang ada di dalam Injil.

Ketiga : Maria merupakan Bunda dan sahabat sejati dalam panggilan. Walaupun Ibu Allah beliau tidak mendapatkan perilaku istimewa tetapi menerima dan menyerahkan kembali keseluruhan hidupnya kedalam Tangan Allah.
Bila di dalam kehidupan pribadi dan kerasulan, Bunda maria mendapat tempat, maka ia hadir sebagai Bunda dan sahabat sejati. Kehadirannya dalam kehidupan kita memberi dukungan, mengobarkan semangat dan memberikan inspirasi. Bunda maria hadir dalam kehidupan kita, bila kita berdoa bersama Maria bagi orang-orang yang dipercayakan kepada kita pula dan bila kita mencinti serta memperkenalkan Bunda Maria. Seperti “saat Bunda Maria berkunjung ke rumah saudarinya Elizabeth” tampak jelas bagaimana sapaan itu pula akan kita terima.
Selamat merenungkan.

2. Sharing "Ekaristi"

Roti untuk kita sehari-hari

Allah tidak memanggil orang-orang hebat di dunia ini, melainkan orang-orang biasa, sederhana dan berbeban namun kuncinya berikemanusiaan.
Contohnya Yesus Kristus sepanjang hidupnya, beliau selalu memikirkan mereka-mereka yang kecil dan lemah. Dibesarkan dalam keakraban, lingkungan local, Dia menjadi sehari-harian kita dan sangat mencintai sesame lebih dari dirinya sendiri.
Yesus pun pada akhir hidupnya tidak mencari sesuatu yang muluk-muluk tetapi segala pekerjaan yang sangat disenangi dan dicintai oleh Allah Bapa-Nya di Surga.
Sangat senang berkontemplasi dan merenungkan serta membantu sesama yang membutuhkan tanpa pandang bulu, beliau sangat terbuka begi siapa saja yang mau mendekati dan mendengarkan pemahaman tentang Hidup Sejati dalam Allah.
Pada malam terakhirpun Yesus sangat dekat dengan sahabat-sahabat-Nya yang di cintai, untuk memberikan dan mewariskan sebuah Misteri hidup-Nya agar kita selalu setia dan menyertai kita semua. Beliau tidak mengorbankan sesamanya tetapi mengambil sikap proaktif dan kongkrit, tidak bosa-basi atau munafik dan sangat terbuka agar sahabat-sahabat-Nya tidak bersedih dan berkurangan. Penyerahan diri-Nya begitu total sehingga kitapun dapat membenamkan diri kedalam seluruh Misteri hidup-Nya. Apa yang beliau korbankan dan berkorban bukan untuk keselamatan diri-Nya tetapi untuk orang lain yang mencintai dan memerlukan kasih saying serta kelembutan.

Yesus telah mengubah Hidup, Penderitaan dan Penyaliban sebagai “Ucapan Syukur” agar kita semua dapat menikmati kelak Kebahagiaan seperti apa yang telah beliau alami. Baliau adalah “Gambaran Kasih Sayang Allah yang hidup dan Tak tampak”, menginkarnasikan diri-Nya dalam Perjamuan Kudus “Ekaristi”. Penyaliban-Nya telah mengubah pandangan hidup manusia menjadi “Harapan”, agar Allah Bapa dapat “Bernafas” didalam Hati dan seluruh hidup kita.
Bila, merefleksi dan melihat kembali apa yang telah beliau ajarkan dalam Injil, sebenarnya telah mengalir dengan deras didalam keseluruhan “Daging dan Darah-Nya”. Sebuah pengabdian sempurna sebagai “Hamba sesame dan Putra Allah”, inilah yang terkandung dalam “Roti Hidup”- “Sabda telah menjadi Daging dan tinggal diantara kita umat-Nya”- Ya beliau “Manna dari Surga”.

Maka, kita harus “Bersyukur kepada Allah” karena ketidak layakan dan pantasnya kita telah diberi sebuah “Perjanjian Baru dan Kekal” didalam “Tubuh Kristus”, sekaligus kita diperbaharui dalam “Penciptaan Baru” sebagai “Anak-anak Allah”.
Yesus Kristus yang telah menyatukan “Langit dan Bumi” dalam kepenuhan segala “Kehendak Allah” dan bersatu dalam “Roh Nya”, melakukan segala tugas-tugas Nya dengan sempurna “Domba yang Tak Bercela” ingin membangun Dunia lebih Manusiawi dan bersatu dalam Hidup-Nya. Sebuah bentuk Kesatuan Kerjasama yang sangat Ideal dan membangkitkannya untuk menjadi ciptaan yang layak bagi Kerajaan Allah.
Tertarik oleh Allah Bapa.

Inilah sebuah Mujizat terbesar di dalam peradaban manusia dari Iman, adalah “Ekaristi” maka sangatlah disayangkan bila kita tidak mau menerima dan menyatukan hidup kita dalam Diri-Nya. Kesibukan dunia ini telah membuat kita jauh dari Kesatuan dengan-Nya, kita cenderung mencari jalan-jalan pintas. Tidak lagi membutuhkan Ekaristi merasa itu hanya sebatas kewajiban, kita lupa akan Esensial dari kekuatan Allah yang sangat tak terpahami. Bila, kita hadirpun hanya untuk setor muka tetapi tidak mau menyimak apa arti dari kehadiran Gereja bagi umat-Nya.

Dalam Ekaristi, ganjaran kelak akan kepercayaan kita yang menaruh terutama terhadap Iman kita,
Kita bukan diselamatkan karena perbuatan tetapi karena Iman kita kepada-Nya. Lebih jauh kesatuan kita dengan Yesus Kristus "Inilah Anak yang KU kasihi, dengarkanlah Dia dan Ikutilah Dia"- “Aku didalam Dia dan Dia didalam Aku”. Manusia terlalu sombong dan bahkan angkuh karena merasa tidak memerlukan lagi “Ekaristi”, kita lebih mudah menghakimi dan menghukum orang lain tanpa memberi harapan kepada sesamanya; manusia sudah merasa lebih dari Allah terlihat dari kesewena-wenaannya terhadap Dunia ini.
Bila, kita benar-benar disentuh oleh Roh Kudus maka akan semakin cinta akan Bunda Gereja, Sabda dan Ekaristi, ini dapat dilihat dari Prilaku yang perlahan-lahan pasti akan menyerupai Yesus sendiri yang hidup. Dapatkah kita mengubah pribadi dan sifat egoisme kita, tetapi didalam Kristus Yesus kita pasti akan diubah. Ya, oleh Roh Allah yang hidup bersatu di dalam Roh Kristus dan diri-Nya sendiri "Utuh".

Marilah kita sambut roti sehari-hari “Tubuh dan Darah Kristus” dengan “Iman, Harapan dan Kasih” lalu kita bersyukur karena masih ada waktu untuk dapat hadir dalam “Kesatuan Syukur dan Hidup”.

Jangan menunggu esok dan esoknya lagi tetapi bergegaslah separti “Gembala di padang”, kita harus dengan penuh gembira dan hikmat ikut serta dalam “Konsekrasi Kesatuan” ini. Hanya di dalam Dia kita telah di jamin dan terjamin. Dunia dan seisinya akan Musnah Lenyap tetapi Ia tidak akan pernah berubah “Dulu, Sekarang dan Akan datang” Kekal adanya.
Datanglah seperti, seorang kekasih dan beriman kanak-kanak, tidak perlu dengan pengatahuan sejagat ini tetapi perbesarlah Kerendahan hati-mu dan masuklah dalam “Misteri ke Illahiannya”. Pasti, kita akan menjadi “Peka” hati dan budi kita akan terpesona oleh “Keelokan-Nya” seperti gembala-gembala yang mengunjungi “Kanak-kanak Yesus”.

Setelah, kita menerima masuklah dan benamkan seluruh jiwa dan raga didalam Dia, saat-saat yang terindah kita menerima “Kelembutan Illahi yang ada di dalam “Hosti Kudus”. Penuhilah dengan segala cinta dan harapan kita di dalam “Kesatuan Inpersona Kristi”, Allah ingin mendengarkan segala penyerahan diri kita. Ya, seperti Bunda Gereja Maria tawaran Allah diterima dengan "Fiat"
Demikianlah Pribadi Hidup Yesus dengan Allah Bapa-Nya di Surga, demikian pula kita akan dihidupkan kembali. Beliau juga akan mendoakan-mu jangan lupa bahwa Dia hidup dan menyertai kita sampai ajal menjemput kita.

Setelah, berkat Gereja jangan langsung pulang tetapi luangkanlah waktu untuk "Berdoa dalam Cinta" karena saat-saat terindah roh kita disatukan bersama Roh Allah melalui seluruh kehidupan Yesus Kristus.
Saat “Terkudus” dalam misteri hidup kita dimana Allah dan Putra-Nya hadir “Aku lah Pintu” dan bersatu dengan “Anak-anak Manusia”; penuhilah hidup kita dalam Dia.

Semoga sharing pribadi mebangkitkan kita semua didalam “Kasih Karunia Allah” yang telah menciptakan dan ingin hidup bersama didalam penyertaan Perziaraan di dunia ini.

Selasa, 24 Juni 2008

1. Sharing "kisah St. Fransisca dari Roma"

Sumber : Majalah Ave Maria Australia
Dari : Ave Maria Indonesia (No. AM-26 November-Desember 2004)
(gambar Neraka)

Kisah St. Fransisca dari Roma

Neraka
Dilihat dan dilukiskan oleh orang kudus.
“ Ingatlah akan hari akhirmu…., dan engkau seharusnya tidak akan pernah berbuat dosa. “
Begitulah kisah Suci menasehati kita semua

Akhir dari manusia adalah hal terakhir yang akan terjadi padanya, yaitu kematian, pengadilan pribadi, surga, neraka, proses penyucian dan kiamat, kebangkitan dari kematian dan pengdilan akhirnya.
Sekarang, nasehat-nasehat ini seolah-olah sudah tidak didengae lagi. Bagaimana pun dari zaman ke zaman, penyelenggaraan Illahi telah berkenan meramalkan apa yang dilakukan tentang saat-saat berakhir ini. Maka sangatlah berharga untuk mempertimbangkan seorang wanita oleh penglihatan yang luar biasa tentang Surga, proses Penyucian, Neraka dan tindakan dari malaikat dan setan di dunia.

Orang suci ini adalah St. Fransisca dari Roma.
Baliau lahir pada tahun 1384 dari keluarga Busso yang terpandang, ketika usia 12 tahun ia telah menjalani kehidupan yang luar biasa. Dia tidak berminat untuk menikah tetapi bapa pengakuannya menasehatinya untuk tidak menolak kehendak orang tuanya. Maka ia menikah dengan Lorenzo de Panziani, segara setalha perkawinannya ia sakit keras dan disembuhkan secara ajaib oleh St. Alexis, seorang martir Romawi. Setelah kesembuhannya, St. Fransiska benar-benar mencurahkan kehidupannya untuk pekerjaan-pekerjaan social. Bersama-sama dengan iparnya, Vanossa, ia mencari dana dari rumah ke rumah untuk dibagikan kepada orang-orang miskin di tempat-tempat umum, di daerah dimana ia tidak kenal. Di rumahnya, cara hidupnya adalah teguh dan terpuji, Tuhan memberkati perkawinannya dengan 6 orang anak. Anak laki-lakinya John meninggal dengan kematian yang indah dan damai, ketika ia masih kecil. Kematian itu merupakan salah satu kebahgiaan dalam hidupnya. “Saya melihat,” katanya sebelum menghembuskan nafas terkhir, “ St. Antonius dan St. Onusphrius yang datang emnjemput aku ke surga.”

Beberapa kejadian penting mempengaruhi kehidupannya, sebagai contohnya pengambilan kekuasaan di Roma oleh Raja Naples, yang menyebabkan penderitaan bagi keluarganya dan pengusiran Paus Eugene IV dalam peperangan antara penduduk Florentina dan Milan. Ketika suaminya mesih hidup, ia telah menggabungkan diri dengan wanita-wanita Roma dari kalangan atas dengan tujuan agar mereka hidup mengabdi kepada Tuhan dalam kesalehan Kristiani dan kebajikan. Dia membentuk organisasi wanita yang dalam tahun 1433 menerima peraturan tersendiri yang menghidupkan oblat dari St. Fransisca dari Roma. Setelah kematian suaminya, ia menggabungkan diri dengan putrid-putri rohaninya ini dan membimbing mereka ke rumah-rumah sakit dank e rumah-rumah orang miskin. Sering dalam kekurangan obat atau persediaan lainnya yangtidak cukup, St. Francisca membawa kesembuhan langsung kepada yang membutuhkan. Tuhan menghibur dia dengan wahyu dan hubungan mistik tetang kehidupan Tuhan Yesus dan Bunda Maria. Dia menjadi terkenal karena mukjizat-mukjizatnya dan penyembuhan-penyembuhannya. Dia mengembalikan penglihatan pada orang-orang buta, menyembuhkan orang-orang bisu untuk berbicara, menyembuhkan kesehatan orang-orang yang sakit dan membebaskan orang-orang dari cengkraman setan. St. Fransisca mengetahui tetang kematianya lebih dahulu dan menceritakan pada teman-temannya. Dia memohon Tuhan untuk mengambil untuk mengambilnya dari kehidupan ini, semenjak dia tidak mau melihat krisi baru yang mulai menyerang Gereja. Dia sakit dan meninggal pada tahun 1440.
Penglihatan-penglihatan dari mistik Italia menjadi bagian yang luar biasa dari kehidupannya. Beberapa penglihatan yang lebih terkenal tentang Neraka dari St. Yohanes Don Bosco, St. Theresia dari Avilla, Penglihatan-penglihatan dari Fatimah. Pastor suci dari Ars mempunyai beberapa penglihatan tentang setan. Berdasarkan apa yang dilihat oleh St. Fransisca dari Roma tentang neraka, penulis Perancis terkenal Ernest Hello mempersembahkan suatu ringkasan dalam bukunya, “Studies in Saint Ship”.


Siksaan-siksaan yang tak terhitung sebagai hukuman dari bermacam-macam kejahatan telah menunjukan padanya secara kelompok dan terperinci. Dia melihat emas dan perak yang meleleh dimasukkan ketenggorokan orang-orang yang kikir, oleh setan-setan itu. Dia melihat pemandangan-pemandangan yang tidak terhitung penuh dengan horror yang luar biasa dam menditail. Dia juga melihat tingkat-tingkatan setan, tugas-tugas mereka, penyiksaan mereka dan bermacam-macam kejahatan yang mereka kepalai. Dia melihat Lucifer mendewakan kesombongan, kepala dari segala kesombongan, raja dari semua setan dan semuanya yang terkutuk. Dan raja ini jauh lebih sengsara dari anak buahnya. Neraka dibagi menjadi tiga bagian, bgian atas, bagian tengah dan bagian bawah. Lucifer berada di tempat yang paling bawah dari tiga bagian ini dan di bawahnya sebagai kepala tertinggi, ia mengepalai tiga kepala bagian yang tunduk padanya, tetapi mempunyai otoritas atas semua bagian.

Asmodius, yang mengepalai semua dosa-dosa daging, adalah salah satu dari malaikat durhaka ini.

Mammon, yang mengepalai semua dosa-dosa keserakahan, bertahta di situ dan hanya tertarik kepada uang, melengkapi salah satu dari ketiga kategori besar itu.

Sedangkan Beelzebul mengepalai atas semua dosa-dosa penyembahan berhala. Semua kejahatan yang berhubungan dengan banyak praktek magic, percaya pada roh-roh tersebut, semuanya berada di bawah kekuasaan Beelzebul. Dalam arti khusus, dia tersiksa oleh kegelapan dan melalui kegelapan dia menyiksa para kurbannya.
Sejumlah setan tinggal di neraka yang lainya mengapung di udara dan yang lain lagi berada di tengah-tngah manusia, mencari mereka yang biasa dijadikan mangsa. Mereka yang tinggal di neraka memberikan perintahnya dan mengirim wakil-wakilnya. Mereka yang tinggal di udara menimbulkan kekakcauan di udara dan di bumi. Menyebabkan kekuatan jahatnya ke seluruh penjuru, meracuni jiwa-jiwa. Jika setan-setan yang menguasai dunia melihat satu jiwa yang lemah karena pengaruh setan yang di udara dan di bumi , mereka menyerang pada saat kedaan lemah itu, untuk mengalahkan dengan lebih mudah. Semua hirarki di dalam surga, telah ditiru secara berolok-olok dalam hirarki mereka. Tak ada setan yang bias menggoda jiwa tanpa izin dari Lusifer.

“Setan yang mempunyai tempat tetap di neraka menderita kesakitan karena api. Setan-setan yang terbang di udara atau yang berda di dunia, tidak menderita karena api, tetapi mereka mengalami siksaan-siksaan yang mengerikan lainya dan terutama penglihatan-penglihatan dari perbuatan-perbuatan baik yang dilakukan oleh para suci. Tiap orang yang berbuat baik, menyebabkan siksaan yang mngerikan bagi setan-setan ini. Bilamana St. Fransisca dari Roma sedang menderita pencobaan, ia dapat mengatakan dari jenis dan keganasan mana godaan itu, dari tingkatan mana pengoda itu dan dari tingkat hirarki yang mana dia berasal. “Jika seseorang hidup dalam dosa berat, St. Fransisca melihat satu setan menempel di punggungnya. Bila dosa berat itu sudah dihapus, dia melihat setan itu sudah tidak berada dipunggung orang itu lagi, tetapi disebelahnya.


Setelah pengakuan dosa yang tulus, kekuatan dari setan itu melemah. Godaan-godaanya sudah tidak lagi mempunyai kekuatan yang sama. “Bila nama kudus Yesus disebut dengan penuh hormat, St. Fransisca melihat semua setan di dunia, di udara dan di neraka, menunduk dalam ketakutan yang mnegerikan dan ini akan lebih mengerikanbila nama Allah di sebut dengan hormat.” “Jika nama Allah disebut secara kurang ajar, setan-setan itu tetap terpaksa menunduk hormat di depan-Nya, tetapi suatu kesenangan bencampur dengan kesusahan yang disebabkan dari penghormatan yang terpaksa mereka berikan itu. Bila orang menyebut nama Allah dengan kurang ajar, malaikat-malaikat di Surga juga menghormati. Mereka menunjukkan penghormatan yang tak terhingga. Bibir manusia yang dengan sangat mudahnya bergerak ini dan menyebutkan nama Yang Maha Kudus itu dengan seenaknya, telah menyembahkan hasil-hasil yang sangat luar biasa dan membangunkan gema-gema yang manusia tidak pernah pikirkan akibatnya yang luas dan kehebatannya.”

Jumat, 20 Juni 2008

Warkop Rohani

“ Mutiara batin “
sambil Minum seteguk Sabda Allah,
cemilan Kue Rohani dan
mengisap Udara batin.
“ Menikmat Rohani yang kita dapatkan “


Seri 1

Kue : Undangan menjadi Pejuang.
….. Semua orang di undang untuk Tuhan untuk menjadi kudus, artinya, manusia di undang untuk berbahagia bersama Tuhan. Bagaimana bias diraih? Dengan cara membiarkan Allah mengisi hidup kita.
Minum : (Mat 5 : 1-12)
….. Sabda baagia mengajak kita membebaskan diri dari barang dunia, lalu mengikat diri pada Allah. Itu bias ditempuh dalam pelbagai cara, baik lewat hidup membiara maupun sebagai awam. Seluruh kehidupan ini merupakan medan tempur untuk memperoleh kesucian. Para kudus adalah orang-orang yang berjuang ditengah godaan dan tantangan dunia. Mereka berhasil mencuci jubahnya dalam darah Anak Domba. (Why 7 : 14). Artinya, menyatukan suka-duka hidupnya dengan sengsara dan wafat Tuhan Yesus di salib. Setiap orang dipanggil untuk kudus, berbahagia selamanya bersama Tuhan. Mereka yang selalu mengandalkan Tuhan dan membebaskan dari yang fana dan sementara, niscaya akan bahagia bersama Dia.
Apakah kita siap untuk bertempur, melawan setan yang ingin memisahkan kita dari Tuhan ?............

Kue : Hidup bagi Tuhan.
….. “ Sebab tidak ada seorangpun diantara kita yang hidup untuk dirinya sendiri, dan tidak seorangpun yang mati untuk dirinya sendiri. Sebab jika kita hidup, hidup untuk Tuhan dan jika kita mati, kita mati untuk Tuhan, hidup untuk Tuhan, baik atas orang-orang mati, maupun atas orang-orang hidup …….. Demikianlah setiap orang diantara kita akan memberi pertanggungan jawab tentang dirinya sendiri kepada Allah “
Minum : (ay 7-9. 12)
Apakah iman dan agama kita membantu kita untuk mempersembahkan hidup kepada Tuhan? ………

Kue : Cerdik-cerdik kita melayani Tuhan
…..” Demikian pula hendaknya kita dapat bersikap cerdik melayani Kristus ditengah masyarakat dan dunia saat ini, yang sudah tidak ada kasih dan berpihak pada Nya lagi. Kita harus mengupayakan startegi yang tepat sasaran dan efisien untuk mewartakan dan menerapkan kebenaran-Nya. Cara hidup kita haruslah menunjukkan nilai-nilai Kristus tanpa harus berjubah dan bertanda dimanapun kita berada. Karena kati manusia adalah anak-anak Allah dan juga Bait Allah yang hidup, beliau ada didalam setiap manusia. Kerapkali kita takut bersaksi dalam nama Kristus dan menjalankan Hukum Kasih dalam hidup ziarah ini…….
Minum : (Rom 15 :14-21)
Jangan takut kita berbuat baik, Jangan takut dengan ancaman;l Kristus bekerja dalam hati kita. Seperti kesaksian St. Paulus, “aku bermegah dalam Kristus tentang pelayananku bagi Allah, sebab Kristus sendirilah yang bekerja dalam diriku “
Apakah kita juga menjadi si pengecut dan berkata “ salibkanlah Dia…” ?.......

Kue : Tidak untuk memuaskan nafsu tetapi menjadi hamba
….. Mengikuti Kristus memang tidak selalu dapat memenuhi keinginan nafsu-nafsu instant kita. Tetapi proses pengalaman hidup dan pengalaman akan pribadi Allah membuat kita hidup, kita berbuah lebat. Mengikuti Kristus berarti mengabdi (menjadi abdi = pelayan), berarti juga memasrahkan diri seutuhnya hanya kepada Allah. Bersatu dan menyerahakan diri secara total kepada Allah Tritunggal Kudus adalah Kunci hidup bagi orang Katholik. Dengan kunci itulah kita dapat menemukan dan menembus tempat yang tepat untuk memperoleh keselamatan.
Minum : (Luk 6 : 9-15)
Mengabdi Allah juga menjadikkan Allah sebagai jimat ( siji sing dirumat = hanya satu yang dipelihara ). Pengharapan akan Allahlah satu-satunya yang harus kita rawat dan kita hidupkan. Allahlah satu-satunya tempat mencari jawaban yang tepat. Mamon, harta, pangkat, nikmat dan kedudukan adalah sesat dan mengacaukan. Allah membuat hudup kita penuh rahmat, Tuhan sertamu (sapaan malaikat Gabriel kapada Perawan Maria)
Apakah kita telah memilih dan menjadi milik kita ?......

Kue : Iman dan Talenta
….. Pada saat dibaptis, secara definitive kita menerima anugerah iman yang membuat kita menjadi adalah anak-anak Allah, murid-murid Yesus Kristus dan yang hidup dibawah bimbingan Roh Kudus dalam persekutuan Gereja Katholik. Iman itulah yang membawa kita kepada kehidupan kekal (Kerj. Surga). Namun, saat kita menerima anugerah iman itu, kita sekaligus berupaya serti bunyi “Hukum Kasih” untuk mengembangkan atau mengandalkannya. Iman itu dapat dibandingkan dengan uang (telenta). Siapa yang setia dan sanggup mengembangkan imannya tanpa takut resikonya, dia akan semakin tajam dan berhikamat. Siapa yang berjaga-jaga / sigap….
Minum : (! Tes 5 : 6), ( bdk. Mat 25 : 25-26),
…. Yang tidak malas mengembangkan imannya akan berlipat ganda. Ia akan bertambah kaya dalam iman dan segala hal, tetapi juga Hikmat, Kebijaksanaan dan Pengetahuan mengenai Kebenaran yang Sejati. Orang yang berani besikap dan melakukan, dia tidak akan dikecewakan, sebab Tuhan adalah Allah yang tahu menghargai kesetiaan, kesanggupan, dan perjuangan umat-Nya. Oleh karena itu “ Setiap orang yang mempunyai, kepadanya akan diberi, sehingga berkelimpahan “ (Mat 25 : 29)
Apakah kita telah setia dalam iman dan mengembangkan anugerah cuma-cuma ini yang kita terima dari Tuhan ?.....

Kue : Percaya dahulu…. Baru melihat
…. “Percaya mengandung unsur kerelaan, keikhlasan, dan penyerahan serta pengorbanan, disatu sisi juga penuh perjuangan tentunya dan terkadang kita terluka dalam hati serta batin kita. Usaha yang tidak sedikti, tekat yang bulat serta teguh. Ini berarti (disatu sisi) aku percayakan seluruh diriku kepada Nya dan (disisi lain) aku ditantang berjuang atas nama Allah. ….
Minum : (Luk 18 : 35-43)
Percaya dahulu baru melihat, inilah persoalan batin. Mari kita belajar dari si buta berseru “ Yesus Anak Daud kasihanilah aku !”. dia berani berseru karena iman, ia tak melihat tetapi Percaya…. Penyerahannya sungguh-sungguh total kepada Sang Pribadi yang selama ini hanya dia dengar, pribadi yang menghidupkan dan dihidupkan dalam diri-Nya. si buta berpihak pada iman dan berpasrah total yang membuat berani berjuang, bergerak, meminta, merendahkan diri dan melawan cemoohan orang disekitarnya. Dia berdialog dan menyemangati dirinya, untuk bangkit dan mendekat maka Tuhan menyembuhkan. “ Imanmu telah menyelamatkan engkau “. Orang buta itu telah mengajari kita beriman, dalam hal yang biasa sehari-hari akan menjadi luar biasa bila kita hidup di dalam Iman.
Apakah kita hanya mencari Iman yang luar biasa dan ektravagansa ?.....

Seri 2

Kue : Zakheus
…..”Zakheus adalah orang yang beriman dan berpengharapan. Ketika mendengar Yesus lewat di kotanya, ia berusaha melihat-Nya. Sudah lama ia mendengar tentang Yesus, sudah lama pula ia ingin melihat seperti apakah Yesus itu. Maka, begitu ada kabar bahwa Yesus lewat dikotanya, ia segara meninggalkan perkerjaannya dan berusaha melihat Yesus. Hal ini tidak membuat zakheus kehilangan akal untuk melihat “Bagaimana sosok pribadi Yesus itu”, karena badannya yang pendek. Maka ia memanjat sebuah pohon agar dengan mudah “Siapakah Yesus itu”?....
Minum : (Luk 19 : 1-10)
Keinginan dan kerinduan yang begitu membakar sanubarinya, membuat lupa siapa dan bagaimana dirinya serta gengsinya. Bahkan semuayang selama ini dia miliki sirna bak ditelan bumi. Takkala Yesus menyapanya : “ Zakheus segeralah turun, Aku ingin menumpang dirumah mu!, sebuah undangan dan ajakan yang tak dapat di pungkiri lagi; sebuah penantian yang tak akan pernah terlupakan dalam hidupnya.
Yesus yang ia rindukan telah menyapa dan mengundangnya, telah mengubah seluruh hidupnya yang selama ini sia-sia. Zakhues sangat sadar akan dirinya yang sebenarnya karena banyak berbuat dosa, hal inilah yang ingin dia tebus. Maka ia berjanji akan berbuat baik dan tidak berbuat dosa lagi.”……
Apakah kita sudah belajar dari Kejujuran, Ketulusan dan Kesadaran Zakheus ?

Kue : Tubuh kita
…..”Tubuh kita adalah Bait Allah yang hidup dan sesungguhnya adalah pula satu tubuh yaitu Tubuh Kristus sendiri (Yoh 2 :21). Dengan merefleksikan sabda Tuhan, Gereja menjadikannya amat kongkrit, dengan mengajarkan bahwa Tubuh Kristus disantap umat beriman dalam perayaan Ekaristi. Jadi, Komuni Suci memang “Tempat” sembahyang yang suci pula, suatu bentuk doa yang tinggi, seperti ungkapan iman Maria “ Fiat “.
Minum : (Luk 19 : 45-48)
Tubuh kita diciptakan “baik dan sempurna adanya” seperti citra Nya sendiri dengan rahmat dan kasih, dengan tujuan mulia dan pastinya untuk melaksanakan perintah Allah dan tempat seluruh hukum “Kasih” bergantung serta bertumpu.
Lalu, dosa dan kejahatan telah merusak “wajah dan tubuh Pencipta” pula, dapat kita lihat saat kini. Bagaimana manusia sudah tidak menghagai dirinya, sesamanya dan alam ini.
Apakah kita sadar akan yang anugerah yang telah kita terima ?

Kue : Inilah kelak hidup kita
….”Demikian halnya ketika kita bercicara mengenai Kerajaan Allah, kita tidak dapat seenak-enaknya menerapkan cara berpikir manusia kita saja. Untuk memahami kerahasia-Nya, seperti pemikiran orang saduki, mereka berusaha menjebak Yesus dengan pertanyaan mengenai perempuan yang memiliki tujuh suami dari ketujuhnya, siapa yang akan menjadi suaminya pada hari kebangkitan.
Minum : (Luk 20 : 27-40)
Yesus memberi jawaban dengan menunjukan cara berpikir Kerajaan Allah, disana tidak ada lagi kawin dan dikawinkan. Ketika manusia telah bersatu dengan Allah, tidak diperlukan lagi yang lain. Persatuan dengan Allah adalah tujuan utama kehidupan manusia. “Carilah maka engkau akan menemukan, Ketuklah maka akan dibukakan dan Mintalah maka akan dibarikan”.
Bagaimana agar kita dapat bersatu dengan-Nya dalam kehidupan saat ini?
Apakah kita telah menemukan arti kesatuan tubuh dalam Ekaristi ?

Kue : Indrawi
….”Melalui pendengaran dan penglihatannya, manusia bisa berbela rasa dengan sesamanya. Dilain pihak melalui pendengaran dan penglihata, manusia juga berbuat jahat terhadap sesamanya. Tuhan mengajak kita untuk menggunakan dengan baik indrawi kita, tanggap terhadap keadaan disekitar, terutama sesama kita yang paling membutuhkan.
Minum : (Mat 25 : 31-46)
Kepekaan inilah yang membuat indra-indra batin kita mendapat pencerahan, ketika indra batin menusia diterangi oleh Roh Kudus hidupnya tidak lagi dikuasai oleh kedagingan yaitu “kekawatiran, ketakutan dan kecemasan bahkan kecenderungan berbuat jahat”. Kepekaan dapat juga membawa manusia untuk mengenal kehadiran Tuhan dalam segala yang dilihat dan didengarnya.
Apakah kita ingin menjadi peka ? semua tergantung pada pilihan kita, kemana dan bagaimana mengembangkannya. Kita dapat belajar dari sabda Tuhan yang akan menuntun perlahan dan pasti kedalam kepekaan ini. Satu hal yang diinginkan Allah, kita diminta menjadi peka akan kehadiran-Nya; dalam keseluruhan kehidupan ini.
Apa maksud, tujuan dan arti diciptakan.
Apakah kita telah memulai melatih ke pekaan Illahi ?

Kue : Yang kita terima
….”Dari janda miskin yang rela memberikan seluruh dari milikinya, untuk dipersembahkan kepada Allah. Kerelaan memberi dari kekurangan ini sangat berkenan di hati Allah.
Munum : (Luk 21 : 1-4)
Tuhan memberikan hidup kepada kita cuma-cuma, mengapa kita sering tidak rela mempersembahkan kembali hidup ini kepada Tuhan ?, Mengapa kita begitu perhitungan pada saat harus memberi ?, Mengapa kita begitu berpikir soal untung rugi ?, Mari kita belajar dari janda miskin ini dan khususnya seperti “Bunda Maria” telah memberi kita teladan sempurna. Bagaimana kita menanggapi panggilan dan anugerah yang telah kita terima. Untuk mengembalikannya kembali dengan sepenuh hati, apa yang telah kita terima dan miliki kepada-Nya.
Apakah kita telah mengembalikan dengan ucapan syukur kepada-Nya ?

Kue : Apa yang kamu buat….
….”Dua kejadian peneguhan dengan satu pemahaman, bahwa buatan manusia itu sangatlah rapuh. Betapapun megah dan kokohnya akan hancur juga. Ketika manusia begitu bangga dengan hasil karyanya, ia akan kecewa takkala karya itu hancur. Segala buatan manusia selalu dibanggakan oleh yang menciptakannya, namun harus tetap diingat bahwa karya itu suatu saat akan rusak, hancur dan musnah.
Minum : (Luk 21 : 5-11)
Maka setiap manusia harus siap menghadapi kenyataa,n bahwa apa yang dikerjakannya akan musnah. Rumah dapat hancur, segala yang telah ia bangun akan sirna bak sinar pagi seperti “Menara Babel” lenyap ditelan bumi. Yesus telah menegur orang-orang yang membangun dan memegahkan bangunan bait Allah. Dan hanya Allah lah yang dapat dibanggakan, karena tidak akan rusak dan hancur Ia abadi dan kekal.
Apakah kita telah mencari yang Sejati dalam hidup ini ?

Seri 3

Kue : Jalan menuju Terang….
….”Orang yang tidak sungguh-sungguh menghayati hidupnya di dunia akan mati tanpa meninggalkan kesan dan kemenangan. Sebaliknya, roh dari orang-orang yang mengisi hidupnya dengan perbuatan mulia tetap ada didunia dan terus dihayati oleh yang lainya. Mereka yang kehilangan hidup karena memperjuangkan yang benar, adil, dan mulia hingga akhir hayatnya akan memperolehnya.
Minum : (Luk 21 :19)
Yesus Kristus menuntut iman yang total dari para pengikut-Nya, dengan penghayatan total ditengah pelbagai resiko, niscaya mereka akan menemukan makna kehidupan, yakni hidup yang sejati. Seseorang yang berjuang bersama Kristus dapat saja kehilangan hidupnya. Tetapi ia tidak pernah kehilangan nyawanya. Yesus tidak hanya bicara, Dia telah menjalani dan mendahului kita. Dia memang bangkit mulia.
Apakah kita telah belajar menapakki dan berjalan dalam terang-Nya ?.....

Kue : “Percaya”
….”Semua yang ada di muka bumi ini akan hancur lebur seperti debu, dunia dapat berubah. Namun, ada satu yang tidak akan berubah dan tidak akan musnah. Tuhan Yesus dulu, sekarang dan akan datang (Alfa dan Omega) dan Firman-Nya, semakin wajah dunia menua semakin tampak jelas apa yang telah tertulis adalah benar. Karena Beliau berkata-kata dari dan dalam Iman, yang sangat Illahi dan inti dari lubuk nurani (Kemurnian Hati dan “Percaya”).
Firman-Nya telah ada sejak manusia diciptakan dan dalam rahim ibu kita masing-masing, dan hanya Roh yang tau siapa yang telah menerima serta mengamalkan maka Yesus Kristus adalah “Password” dari masuk kedalam Kesatuan dan Keabadian Sejati (Akulah Jalan, Kebenaran dan Hidup}.
Minum : (Luk 21 : 29-33)
Bila ingin mengetahui datanglah kedalam Gereja dan dengarkan Sabda Tuhan lalu renungkan, bila sulit untuk menangkap maka Ikutilah “Konsekrasi-Kesatuan-Komunio” perlahan-lahan dan pasti kita akan dapat menangkap apa arti semua itu. Setiap orang diajak dan diundang untuk percaya dan masuk dalam “Misteri Hidup-Nya”- “Ikutilah Aku”, tangkaplah firman Tuhan dan Ajakan-Nya seperti iman kanak-kanak dan menjawab “Aku harus dirumah Bapa”- artinya kita diminta bersatu dan hanya “Satu”- menjawab “Ya”(seperti Maria) lalu “Fiat”.
Percayalah….. “Tiada yang mustahil bagi Allah” karena itu kita semua diciptakan untuk melayani dan menjadi hamba Allah “Anak-anak Allah”, dan Kristus adalah yang “Sulung” dan sudah tergenapi semua “Percayalah” “Percayalah” dan “Percayalah” dengan “Teguuuuh”. Iman kita akan Yesus jangan pernah sampai berubah sedikitpun walau badai menghantam bahtera hidup karena harus “Manut” sebab “Nunut”. Adakah yang dapat memisahkan kita dari “Kasih Yesus”?.... Pada saat itulah Kerajaan Allah tersedia bagi orang yang percaya kepada-Nya…..!
Apakah kita sudah percaya Lahir Batin dengan Teguh….? “Iman mu menyelamatkan hidup dan nyawa mu”.

Kue : Taman Eden….
.....”Orang percaya kapada Tuhan akan sangat mudah menerima kekurangan orang lain dan mengampuni dosa akan hidup bebas, bahagia dan tenang, Allah menempatkan manusia di taman Eden supaya bahagia. Tetapi manusia yang sering memindahkan dirinya dari taman tersebut.
Munim : (Mat 18 :21-35)
Kitab Daniel mengajak kita untuk mohon pengampunan Allah dengan hati remuk redam, Allah pasti memperhatikan penyesalan kita (Mzm 51). Dan Tuhan melepas kita dari hutang-hutang dosa, karena Allah mengetahui bahwa kita tidak sanggup membayar silih (ganti rugi) yang telah dibuat oleh ciptaan-Nya. Beliau juga tidak membalas karena Dia tau siapa manusia yang sebenarnya, tetapi manusia tidak mau memetik buah Anggur itu untuk kehidupannya walau Beliau menawarkan dengan cuma-cuma. Manusia harus belajar banyak tentang dirinya sendiri yang terdalam didalam setiap manusia, kita lebih mudah menghakimi karena tidak mau menderita untuk mengampuni. Bahkan manusia sekarang lebih mudah menghakimi dan menyalahkan dari pada “mau mendengarkan” dan mencarikan “jalan pengampunan”,
Siapa yang setia dialah yang akan mendapatkan “Carilah, engkau akan menemukan, Ketuklah, engkau akan dibukakan dan Mintalah, maka engkau akan diberi”-“Pengampunan”. Allah itu baik dan murah hati, siap membebaskan kita, sudahkah kita siap mengampuni kesalahan sasama kita?..... Untuk kembali hidup didalam Taman Eden kembali !!.

Kue : Selaras
….”Kunci itu barang yang kecil tetapi fungsinya sangat besar, ia dapat membuka pintu yang sangat besar. Hukum Tuhan dan ilmu pengetahuan juga dapat membuka pintu gerbang kehidupan ini, semakin orang mengusai banyak ilmu pengetahuan yang diinspirasikan oleh Sabda Tuhan, maka manusia kian pandai dan bijaksana.
Minum : (Mat 5 :17-19)
Pandai dalam menyiasati hidup yang rumit, mencintai, bekerja dan mengambil keputusan yang sulit dan untuk membaca tanda-tanda zaman dan peluangnya. Pengetahuan yang benar adalah harta paling berharga dan tak mudah aus, yang boleh kita titipkan pada mereka. Pengetahuan yang benar itulah yang mengajak dan menghantar kita semakin sempurna didalam mengasihi, tentu semakin pula sesuai dengan Sabda Tuhan sebagai Dasar dan Tujuan dari hidup perziarahan ini. Semua adalah saling berhubungan agar aplikasi kita semakin serupa dengan cita-cita Tuhan Yesus Kristus, bebas tetapi bertanggung jawab tidak lepas dari bingkai kebijakan-Nya.
Apakah kita melangkah pada tapak Sabda-Nya?.....

Kue : “Mengasihi sesama….”
….”Mengasihi sang kekasih akan menimbulkan rasa nikmat, namun perasaan ini akan berubah menjadi kelam ketika orang ditolak atau tak mau menerima keadaan diri sendiri. Proses penolakan diri sendiri menyerap tenaga dan mendorong kita untuk menghilangkan kesan buruk dan menutupi bagian-bagian ego yang tidak dikehendaki. Dengan demikian seluruh daya energi dan pikiran serta hati hanya terserap pada bagain negative diri, sehingga kita tidak dapat lagi melihat sisi positif diri sendiri dan berkembang.
Minum : (Mat 22 : 39)
Yesus mengajarkan : “Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri”, artinya, menerima diri dalam kekuatan dan keutamaannya. Menerima diri ini akan menimbulkan derita, miris, nyeri. Tetapi akan membantu menemukan Tuhan, citra-Nya yang terselubung didalam pribadi kita masing-masing. Mangasihi diri memiliki makna menerima dan memandang Allah yang bersemayam didalam hati kita masing-masing.
Siapa yang mengasihi diri akan mampu mengasihi sesamanya, karena dalam mencari kasih yang ada didalam diri dia menemukan Kristus sendiri, citra Allah yang tampak Bukankah dengan demikian juga telah mengasihi Allah? Mengasihi itu upaya aktif. Mengasihi diri pasti akan dimampukan mencintai sesama, tetapi kita tidak boleh melihat dalam kasih yang sempit (Daging).”Kasih yang Illahi” sebab “Apa yang dipirkan manusia tidak dipikirkan Allah ”.
Apakah kita sudah mencoba mengasihi menurut Sabda Tuhan?.....