Jumat, 27 Juni 2008
6. Sharing "Bimbingan Roh Kudus"
1. Dasar-dasar Bimbingan Roh Kudus
Inti agama kristen adalah hubungan pribadi dengan Allah. Yesus datang ke dunia, agar supaya "barang siapa yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan memperoleh hidup yang kekal" (Yoh 3:16). Hidup yang kekal ini adalah "mengenal Bapa, satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang diutus-Nya" (Yoh 17:3). Hubungan pribadi itu begitu eratnya, sehingga Yesus menggambarkannya sebagai hubungan antara pokok anggur dan ranting-rantingnya: "Akulah pokok anggur dan kamu ranting-rantingnya" (Yoh 15: 5). Hubungan pribadi itu mengandaikan komunikasi dari dua pihak. Dari pihak Allah hal itu diungkapkan dalam perhatian dan penyelenggaraan terhadap manusia serta segala kebutuhannya. Allah memperhatikan manusia sampai hal yang sekecil-kecilnya, karena tiada sesuatupun yang luput dari pandangan Allah, bahkan burung-burung di udara tidak lepas dari perhatian dan penyelenggaraan Allah. Itulah sebabnya Yesus dalam Mat 6:25-30 mengatakan, bahwa kita tidak usah kuatir akan apapun juga, baik itu tentang makanan maupun pakaian, karena Bapa yang memelihara burung-burung di udara dan bunga-bunga di ladang juga akan memenuhi segala keperluan kita. Kemudian sebagai alasan yang lebih dalam dikatakan-Nya: "Semua itu dicari bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah. Akan tetapi Bapamu yang di surga tahu, bahwa kamu memerlukan semuanya itu" (Mat 6:32).
Ketika mengajar tentang doa, Yesus bersabda bahwa kalau berdoa supaya jangan bertele-tele memakai banyak kata seperti kebiasaan orang kafir, yang mengira bahwa karena banyaknya kata-kata, doanya akan dikabulkan. Kemudian dikatakan-Nya: "Jadi janganlah kamu seperti mereka, karena Bapamu mengetahui, apa yang kamu perlukan, sebelum kamu minta kepada-Nya" (Mat 6:8).Dari pihak manusia, hubungan itu diungkapkan dalam iman penuh penyerahan diri, seperti diungkapkan Santo Paulus: "Hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku" (Gal 2:20). Iman ini diungkapkan dalam pelaksanaan kehendak Allah sebagai jawaban: "Jika seorang mengasihi Aku, ia akan menuruti firman-Ku" (Yoh 14:23).Dari semuanya itu kiranya jelas, bahwa agama Kristen bukanlah suatu rentetan hukum-hukum, peraturan-peraturan dan perintah-perintah yang harus ditaati, melainkan pertama-tama adalah suatu relasi pribadi dengan Allah sendiri. Memang, hukum, peraturan dan perintah diperlukan sebagai bantuan, supaya kita dapat mengerti apa yang dikehendaki Allah.
Hal itu khususnya berlaku pada awal hidup rohani kita, sebab pada awalnya orang belum cukup mampu untuk mengikuti bimbingan Allah yang lebih langsung. Namun kemudian kalau hubungan pribadi itu berkembang, Allah akan membimbing kita secara lebih pribadi dan langsung. Karena itu pula, bila orang tidak memiliki hubungan pribadi yang nyata dengan Allah, hidupnya lebih dipimpin oleh peraturan-peraturan. Banyak orang yang hidupnya dikuasai perintah-perintah yang negatif seperti jangan berdusta, jangan mencuri, jangan menipu, jangan berzinah, jangan membunuh dll. Tetapi pada dasarnya hidupnya masih dikuasai oleh kehendak dan keinginan sendiri. Kalaupun ia giat dalam kegiatan gereja, pertemuan sel, pertemuan-pertemuan, persekutuan doa dll, semuanya itu masih sebagian besar demi kepentingan diri sendiri atau berpusat pada egonya dan bukan karena cinta kepada Allah. Dalam hal ini, ia tetap menentukan sendiri arah dan keputusan hidupnya, bukan Allah.Dalam kenyataannya sedikit sekali orang yang sadar, bahwa hidupnya seharusnya diserahkan ke dalam bimbingan Allah yang telah lebih dahulu mengasihi dia (Yoh 4:10).
Sedikit sekali yang berani menyerahkan hidupnya ke dalam bimbingan Allah dalam kepercayaan dan pasrah dari hari ke hari, dari saat ke saat. Mengapa demikian? Karena ia tidak memiliki hubungan pribadi yang sadar dengan Allah, ia merasakan bahwa Allah itu jauh dan kurang hidup bagi dia, walaupun sebenarnya Allah sangat dekat. Sebaliknya setelah orang mengalami Pencurahan Roh Kudus, atau dibaptis dalam Roh, Allah menjadi begitu hidup bagi dia dan ia mengalami suatu relasi pribadi yang nyata dengan Allah. Karena oleh Doa Pencurahan Roh Kudus itu, Allah menjadi begitu hidup bagi dia dan semangatnya menjadi menggebu-gebu dan bahkan seringkali menjadi berlebihan dalam banyak hal dan juga dalam menanggapi bimbingan Allah. Dalam hal ini perlu keseimbangan dalam hidup rohani.
Oleh karena itu perlu bimbingan serta ketaatan kalau mau bertumbuh dalam hidup rohani. Bimbingan Allah itu dikerjakan oleh Allah Tritunggal Mahakudus: Bapa, Putera dan Roh Kudus. Namun secara khusus, bimbingan itu dilakukan oleh Roh Kudus, karena Dialah yang diberi tugas untuk itu oleh Bapa (Yoh 15:8-11, 13-15; 14:26). Roh itulah yang dianugerahkan Allah kepada kita dan yang menjadikan kita anak-anak Allah, sehingga kita dapat berkata: ya Abba, ya Bapa (Rom 8:15). Karena itu Dia pulalah yang membimbing semua anak Allah: "Semua orang, yang dipimpin Roh Allah adalah anak Allah (Rom 8:14). Bahkan pada saat-saat yang sukar, dalam masa penganiayaan, Dia pula yang akan mendampingi para murid Kristus: "Sebab bukan kamu yang berkata-kata, melainkan Roh Kudus" (Mrk 13:11) dan Lukas 12:12 mengatakan: "Sebab pada saat itu juga Roh Kudus sendiri akan mengajar kamu apa yang harus kamu katakan".
2. Cara-cara Allah Membimbing
A. Bimbingan umum
Allah membimbing umat-Nya dengan 2 cara, yaitu bimbingan umum dan khusus. Pada permulaan biasanya Allah membimbing umat secara umum lewat sabda-Nya dalam Kitab Suci, lewat Gereja, lewat arah hidup yang umum.
a. Kitab Suci:
Kitab Suci adalah sumber bimbingan yang pertama dan utama. Lewat sabda-Nya dalam Kitab Suci Allah mengajar, menerangi, menyatakan kehendak-Nya, menegur dan menguatkan kita. Namun Kitab Suci tidak dapat ditafsirkan sesuka hati: "Yang terutama harus kamu ketahui, ialah bahwa nubuat-nubuat dalam Kitab Suci tidak boleh ditafsirkan menurut kehendak sendiri (2 P 2:20), melainkan harus ditafsirkan sesuai dengan iman Gereja Universal, Gereja Katolik. Kita boleh dan harus membaca firman Tuhan, namun dalam menafsirkannya harus tunduk pada tafsiran Gereja.
b. Gereja:
Gereja sebagai persekutuan umat beriman di bawah kepemimpinan Paus dan para uskup merupakan Umat Allah yang didirikan oleh Yesus Kristus sendiri. Karena itu Yesus secara istimewa memberikan Roh-Nya kepada Gereja itu, supaya ia selalu setia dan tidak sesat. Kehadiran Roh Kudus yang istimewa dalam Gereja menjadikannya mampu untuk mengerti kehendak dan bimbingan Roh Kudus sendiri dan menafsirkannya untuk tiap masa dan situasi bagi umat beriman. Gereja juga diberi karunia dan wewenang untuk menafsirkan Kitab Suci secara tepat. Itulah sebabnya kita harus mempelajari sabda Tuhan dan ajaran iman Gereja, supaya tahu apa yang dikehendaki Allah bagi kita.
c. Status hidup:
Pada umumnya kehendak Allah tidak dapat bertentangan dengan status hidup yang telah dipilih oleh seseorang, biarpun kadang-kadang ada kekecualian juga. Misalnya seorang kepala keluarga harus bertanggung jawab atas kesejahteraan keluarganya. Karena itu ia tidak dapat memberikan pelayanan dengan mengabaikan kewajiban tersebut.
B. Bimbingan khusus secara pribadi
Dalam Perjanjian Baru Allah sering memberikan bimbingan secara khusus. Yesus telah mencurahkan Roh-Nya kepada semua orang yang percaya kepada-Nya, supaya mereka itu mengalami kehadiran, hiburan, kuasa dan bimbingan Allah. Karena adanya hubungan pribadi, Allah ingin secara khusus berbicara kepada umat-Nya serta membimbing mereka, bukan hanya secara kolektif atau masal, melainkan juga secara pribadi. Inilah perbedaan yang menyolok dengan Perjanjian Lama, di mana umat umumnya hanya dibimbing secara masal. Bimbingan khusus ini dapat berupa:
a. Inspirasi atau ilham:
Inspirasi ialah penerangan Roh Kudus yang diberikan kepada seseorang secara langsung untuk mengerti atau melakukan sesuatu. Roh dapat memberikan inspirasi tersebut kepada seseorang dan dengan demikian menyatakan kehendak-Nya kepada orang tersebut. Inspirasi dapat disertai dorongan Roh. Inspirasi dapat berlaku untuk suatu rencana jangka panjang.
b. Dorongan Roh:
Ini merupakan rasa batin yang memberikan keyakinan, bahwa Allah ingin, agar supaya dia melakukan atau mengatakan sesuatu. Ini biasanya untuk suatu tindakan dalam jangka pendek. Dorongan ini merupakan suatu desakan batin dari Roh, tidak sama dengan perasaan, walaupun kadang-kadang dorongan Roh ini bisa dirasakan juga. Ini merupakan suatu pengalaman pribadi dan subyektif dan karenanya dapat keliru. Namun hal itu adalah sesuatu yang amat berharga dan merupakan buah umum dari pencurahan Roh Kudus. Kemungkinan bahwa orang dapat keliru bukan alasan untuk mematikannya, melainkan diperlukan kebijaksanaan dan kepekaan untuk dapat membeda-bedakan roh atau discernment.
c. Tanda-tanda:
Ini cara lain yang juga sering dipakai Allah untuk berbicara kepada kita. Tanda yang paling sering dipakai ialah ialah teks Kitab Suci. Suatu saat teks Kitab Suci dapat tiba-tiba mencuat keluar dan menyentuh hati kita, kadang-kadang dapat dalam sekali, seolah-olah teks itu ditujukan kepada kita secara pribadi. Teks-teks seperti itu amat baik untuk meneguhkan dorongan Roh atau inspirasi.
Kadang-kadang ada orang yang berdoa untuk suatu teks: mohon kepada Allah untuk menunjukkan kehendak-Nya melalui teks-teks Kitab Suci. Hal itu dapat dilakukan dengan 2 cara:- membuka Kitab Suci begitu saja- memperhatikan teks yang muncul dalam pikiran setelah berdoa.Cara-cara ini, walaupun dapat berasal dari Tuhan, namun sangat berbahaya, khususnya dengan membuka Kitab Suci begitu saja. Dalam hal itu yang sering terjadi ialah, bahwa Kitab Suci berubah menjadi buku ramalan.
Demikian pula memperhatikan teks yang muncul dalam pikiran, karena sukar sekali membedakan, mana yang dari pikiran sendiri, mana yang dari Allah.
Dalam banyak hal yang muncul ialah pikiran sendiri. Karena itu sebaiknya cara-cara seperti itu hendaknya jangan dipakai menjadi satu kebiasaan yang lama-kelamaan menjadi keterikatan. Lain halnya kalau orang mendapat dorongan dari dalam untuk membuka Kitab Suci. Pada waktu itu teks tersebut akan mencuat dan memberikan keyakinan yang besar. Demikian pula bila teks itu tiba-tiba muncul sendiri dalam pikiran secara kuat dan konsisten. Kalau tidak, sebaiknya dihindari saja, karena mudah sekali orang keliru.
d. Vision dan sabda batin:
Orang juga dapat menerima vision, penglihatan, misalnya melihat Tuhan Yesus, Bunda Maria, orang kudus, atau sesuatu yang lain. Hal itu dapat terjadi lewat mata jasmani atau mata batin. Orang juga dapat mendengar sabda. Hal itu dapat terjadi lewat telinga jasmani maupun telinga batin. Namun semuanya itu dapat berasal dari setan, dari diri sendiri atau dari Allah, karena itu dalam hal ini kita harus sangat hati-hati. Semakin jasmaniah, semakin berbahaya, karena semakin mudah ditiru oleh si jahat atau timbul dari fantasi sendiri. Karena itu dalam hal ini sikap kita ialah: jangan dipedulikan.
Mengapa?
Kalau itu datangnya dari Allah, maka pada saat diberikan, buahnya sudah tertanam dalam hati kita, yaitu pertobatan, kerendahan hati, pertambahan iman dan cintakasih. Tujuan Allah memberikan semuanya itu ialah untuk memperoleh buah-buah tersebut, bukan supaya orang dapat berbangga-bangga. Itu semua adalah pemberian Allah yang cuma-cuma dan diberikan kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan kapan dikehendaki-Nya menurut kebijaksanaan-Nya. Mendamba-dambakan hal itu berarti membuka diri bagi penipuan si jahat.
Sikap yang paling tepat dalam hal ini ialah sikap lepas bebas dalam kepasrahan kepada kebijaksanaan Allah, yang tahu, apa yang kita perlukan, apa yang paling baik bagi kita. Kadang-kadang situasi atau keadaan yang menguntungkan dapat menjadi petunjuk kehendak Allah. Namun dalam hal inipun kita harus hati-hati, karena setan juga dapat menciptakan suatu situasi tertentu. Dalam semuanya itu kita harus memakai akal yang sehat dan kita harus memperdalam pengertian kita tentang jalan-jalan Tuhan, khususnya dengan mempelajari tradisi Gereja lewat tokoh-tokohnya yang besar. Dalam semuanya itu sikap dasar kita yang paling tepat ialah kerelaan untuk melaksanakan kehendak Allah. Bila kita sungguh-sungguh rela untuk melaksanakan kehendak-Nya, Tuhan akan menyatakannya kepada kita dengan cara yang tepat dan aman, tanpa keraguan.
C. Bimbingan khusus lewat orang lain
Belajar dari orang lain yang berpengetahuan dan berpengalaman serta minta nasehat-nasehatnya adalah suatu cara untuk dengan tepat mengenal kehendak Allah. Namun secara konkrit, kita menghadapi persoalan besar: Di manakah kita dapat menemukan orang yang demikian itu? Di mana harus kita cari? Mungkin untuk menemukan orang yang hanya sekedar menjadi pendoa saja, tidak begitu sulit untuk menemukannya. Tetapi untuk menemukan pendamping dan pembimbing rohani di tengah dunia dewasa ini, rasanya sulit karena masalah waktu menjadi problem besar. Hampir seluruh aktifitas manusia tersita oleh urusan-urusan duniawi yang menuntut kompetitif sehingga tanpa sadar manusia sudah mendewakan materi. Banyak orang melupakan kebutuhan dasar manusia yaitu kebutuhan untuk dicintai dan mencintai, terutama akan cinta Allah dan juga cinta manusia karena manusia diciptakan segambar dengan Allah dalam hal kasih.
Namun bila kita sungguh-sungguh mencari kehendak Allah dengan tulus ikhlas, Allah akan mengutus orang semacam itu kepada kita pada saat kita sungguh memerlukannya.
Catatan:
Untuk menerima bimbingan Allah itu dan mengenali kehendak-Nya kita harus belajar membeda-bedakan bermacam-macam roh atau mengadakan discernment. Karunia membeda-bedakan bermacam-macam roh merupakan karunia yang tidak tetap, yang diberikan Allah secara cuma-cuma kepada orang-orang tertentu, pada saat-saat tertentu pula. Inilah karunia Roh Kudus yang disebutkan Santo Paulus dalam 1 Kor 12:10. Namun disamping itu ada suatu proses discernment yang dapat kita pelajari berdasarkan pengertian yang sehat dan pengalaman para kudus, seperti yang tersimpan dalam Tradisi Gereja. Justru supaya semangat Pembaharuan dalam Roh Kudus tetap berjalan dalam jalan yang benar dan tetap sehat, kita amat memerlukan discernment itu.
3. Tumbuh dalam menerima bimbingan
Supaya dapat tumbuh dalam menerima bimbingan Allah, kita harus:
1. Memperdalam hubungan pribadi kita dengan Allah lewat doa-doa pribadi.
2. Rajin mempelajari dan meresap-resapkan sabda Allah dalam Kitab Suci.
3. Tetapi terutama dengan memupuk kerinduan dan kerelaan untuk melaksanakan kehendak Allah, apapun itu, karena kita tahu, bahwa Allah hanya menghendaki yang terbaik bagi kita, walaupun mungkin saat itu kita belum dapat mengertinya.
4. Penyerahan diri kepada Allah akan membuat kita semakin peka terhadap bisikan Roh Kudus yang berbicara pada kedalaman lubuk jiwa kita.
5. Kesabaran dan kesetiaan: kita harus sabar dan setia untuk tumbuh dalam hubungan pribadi dengan Tuhan dan dalam menerima bimbingan, karena hal itu membutuhkan waktu. Lewat pengalaman-pengalaman sedikit demi sedikit kita akan tumbuh dalam hal bimbingan Allah itu.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar