Rabu, 25 Juni 2008
3. Sharing "Devosi kepada Bunda Maria"
Maria Bunda para Novis
Devosi kepada Bunda Maria yang dihayati dalam kerangka penghayatan keagamaan seseorang, dipengaruhi oleh lingkungannya, dalam kehidupan masyarakat bercorakkan ritual dan fungsional.
Devosi para novis juga dipengaruhi oleh kalangan tersebut, bila telah mendoakan Doa Rosario, Novena Tiga Salam Maria, Doa Malaikat Tuhan dan Ziarah secara tekun, rajin dan setia merasa sudah berdevosi kepada nya.
Rumusan doa-doa tertentu bila didoakan secara benar dan tekun, dipercaya membawa keselamatan. Nampaknya mutu devosi kepada Bunda maria diukur oleh kenyataan sejauh mana mereka setia, tekun dan rajin mendaraskan rumusan doa-doa dan berziarah ke tempat ziarah Bunda maria.
Sedangkan penghayatan iman yang bersifat fungsional, nampak dalam sikap penghormatan kepada Bunda maria yang digunakan menurut kepentingan dan kebutuhannya sendiri. Misalnya bila ingin berhasil dalam ujian, maka mohon pertolongan melalui Doa Rosario atau Novena Tiga Salam Maria. Nampaknya devosi kepada nya difungsikan untuk kepentingan, dan dilakukan karena menguntungkan serta pula dipakai untuk membela kepentingannya sendiri yang sebagian besar bercirikan egoistic.
Kiranya perlu diperbaiki pandangan dan ritual yang bercorak egoistic, perlu dikembangkan lebih dalam lagi devosi kepada Bunda maria yang dihayati dalam kerangka penghayatan iman yang personal mendalam dan dipraktekan dalam prilaku dan hidup sehari-hari.
Bila Devosi kepada Bunda maria dihayati dalam kerangka rencana Keselamatan Allah, yang terlaksana dalam hidup Sengsa, Wafat dan kebangkitan Kristus. Akan sangat membantu perkembangan iman kita akan Misteri-Nya, kita pun akan semakin bertambah dalam Hikmat Sabda Tuhan. Karena Yesus Kristus adalah Sumber Kehidupan. Maka, secara otomatis kitapun akan bertambah peka dan menyerupai Putra-Nya. Bunda Maria adalah Bejana yang Suci yang dipakai Allah untuk mengenapi Hidup itu sendiri di dalam, kesatuan Maria dan Yesus sangatlah erat serta tak dapat dipishakan “Perantara Penebusan”.
Bila, kita ingin berdevosi kepada Bunda Maria sebaiknya bermeditasi dan mengkontemplasikan kehidupan Sang Putra Allah, karena kita dapat terjebak kepada pumusatan yang dapat menyesatkan iman kita.
Contoh sederhana dengan diawali doa :
Ya, Bunda Maria yang tak bernoda,
Engkau hamba Allah Bapa yang setia,
Bunda Putra yang sangat terpuji,
Jadikanlah hatiku seperti hatimu,
Seraya merenungkan,
Misteri-misteri yang terungkap,
Dan terpendam didalam hatimu.
Perkenankanlah aku,
Selalu hidup dengan Putramu Yesus Kristus,
Penyelamatku,
Yang telah ditentukan sebagai,
Jalan, kebenaran dan hidup.
Dengan pertolongan rahmat yang telah,
Engkau terima,
Munuju kesatuan Misteri Tritunggal Yang Maha Kudus.
Amin.
Lalu ada tiga sikap yang perlu pula diusahakan dan dikembangkan agar devosi, pribadi kepada Bunda maria didasari oleh Penghayatan Iman yang benar dan Personal.
Pertama : Maria menjadi model utama iman kita dan persembahan diri kita juga.
Sikap Bunda maria yang perlu menjadi “Sikap Dasar” kita adalah “Terjadilah kepadaku menurut kehendak-Mu”- “Fiat” dalam menanggapi tawaran dari Allah. Bunda maria juga bersikap menerima dan proaktif kepada Putra Alla, Yesus Kristus yang ia kandung; agar kitapun dapat menyerahkan kepada dunia. Kedua sikap Maria tersebut menyatakan kesadaran terhadap Rencana allah bukan menurut kehendak kita yang berlaku dan kesiapsediaan total untuk memenuhi Rencana Allah. Sikap yang demikian akan tumbuh dan berkembang, bila sering merefleksikan dan merenungkan hidup dan panggilan Maria.
Kedua : Kedekatan dengan Maria mengarahkan kita untuk menghayati Misteri Kristus
“Sabda dan Ekaristi”. Relasi personal dengan Bunda maria memampukan kita untuk mengalami perasaan hati Maria yang merenungkan misteri hidup Yesus yaitu peristiwa Inkarnasi dan Kelahiran-Nya, peristiwa hidup Publik-Nya, serta peristiwa Sengsara dan Kebangkitan-Nya. Kemampuan untuk dapat mengalami perasaan hati Bunda Maria tersebut, mengandaikan adanya keterlibatan dalam pereyaan LIturgis Maria sebagai Bunda Gereja “Bait Allah/Taber Nakel”-“Rahimnya telah diberkati”.
Dengan setia dan tekun mendengarkan “Sabda Putra Allah” seperti didalam setiap Renungan dalam Peristiwa-peristiwanya, atau dapat juga dikembangkan dalam peristwa-peristiwa yang ada di dalam Injil.
Ketiga : Maria merupakan Bunda dan sahabat sejati dalam panggilan. Walaupun Ibu Allah beliau tidak mendapatkan perilaku istimewa tetapi menerima dan menyerahkan kembali keseluruhan hidupnya kedalam Tangan Allah.
Bila di dalam kehidupan pribadi dan kerasulan, Bunda maria mendapat tempat, maka ia hadir sebagai Bunda dan sahabat sejati. Kehadirannya dalam kehidupan kita memberi dukungan, mengobarkan semangat dan memberikan inspirasi. Bunda maria hadir dalam kehidupan kita, bila kita berdoa bersama Maria bagi orang-orang yang dipercayakan kepada kita pula dan bila kita mencinti serta memperkenalkan Bunda Maria. Seperti “saat Bunda Maria berkunjung ke rumah saudarinya Elizabeth” tampak jelas bagaimana sapaan itu pula akan kita terima.
Selamat merenungkan.
Devosi kepada Bunda Maria yang dihayati dalam kerangka penghayatan keagamaan seseorang, dipengaruhi oleh lingkungannya, dalam kehidupan masyarakat bercorakkan ritual dan fungsional.
Devosi para novis juga dipengaruhi oleh kalangan tersebut, bila telah mendoakan Doa Rosario, Novena Tiga Salam Maria, Doa Malaikat Tuhan dan Ziarah secara tekun, rajin dan setia merasa sudah berdevosi kepada nya.
Rumusan doa-doa tertentu bila didoakan secara benar dan tekun, dipercaya membawa keselamatan. Nampaknya mutu devosi kepada Bunda maria diukur oleh kenyataan sejauh mana mereka setia, tekun dan rajin mendaraskan rumusan doa-doa dan berziarah ke tempat ziarah Bunda maria.
Sedangkan penghayatan iman yang bersifat fungsional, nampak dalam sikap penghormatan kepada Bunda maria yang digunakan menurut kepentingan dan kebutuhannya sendiri. Misalnya bila ingin berhasil dalam ujian, maka mohon pertolongan melalui Doa Rosario atau Novena Tiga Salam Maria. Nampaknya devosi kepada nya difungsikan untuk kepentingan, dan dilakukan karena menguntungkan serta pula dipakai untuk membela kepentingannya sendiri yang sebagian besar bercirikan egoistic.
Kiranya perlu diperbaiki pandangan dan ritual yang bercorak egoistic, perlu dikembangkan lebih dalam lagi devosi kepada Bunda maria yang dihayati dalam kerangka penghayatan iman yang personal mendalam dan dipraktekan dalam prilaku dan hidup sehari-hari.
Bila Devosi kepada Bunda maria dihayati dalam kerangka rencana Keselamatan Allah, yang terlaksana dalam hidup Sengsa, Wafat dan kebangkitan Kristus. Akan sangat membantu perkembangan iman kita akan Misteri-Nya, kita pun akan semakin bertambah dalam Hikmat Sabda Tuhan. Karena Yesus Kristus adalah Sumber Kehidupan. Maka, secara otomatis kitapun akan bertambah peka dan menyerupai Putra-Nya. Bunda Maria adalah Bejana yang Suci yang dipakai Allah untuk mengenapi Hidup itu sendiri di dalam, kesatuan Maria dan Yesus sangatlah erat serta tak dapat dipishakan “Perantara Penebusan”.
Bila, kita ingin berdevosi kepada Bunda Maria sebaiknya bermeditasi dan mengkontemplasikan kehidupan Sang Putra Allah, karena kita dapat terjebak kepada pumusatan yang dapat menyesatkan iman kita.
Contoh sederhana dengan diawali doa :
Ya, Bunda Maria yang tak bernoda,
Engkau hamba Allah Bapa yang setia,
Bunda Putra yang sangat terpuji,
Jadikanlah hatiku seperti hatimu,
Seraya merenungkan,
Misteri-misteri yang terungkap,
Dan terpendam didalam hatimu.
Perkenankanlah aku,
Selalu hidup dengan Putramu Yesus Kristus,
Penyelamatku,
Yang telah ditentukan sebagai,
Jalan, kebenaran dan hidup.
Dengan pertolongan rahmat yang telah,
Engkau terima,
Munuju kesatuan Misteri Tritunggal Yang Maha Kudus.
Amin.
Lalu ada tiga sikap yang perlu pula diusahakan dan dikembangkan agar devosi, pribadi kepada Bunda maria didasari oleh Penghayatan Iman yang benar dan Personal.
Pertama : Maria menjadi model utama iman kita dan persembahan diri kita juga.
Sikap Bunda maria yang perlu menjadi “Sikap Dasar” kita adalah “Terjadilah kepadaku menurut kehendak-Mu”- “Fiat” dalam menanggapi tawaran dari Allah. Bunda maria juga bersikap menerima dan proaktif kepada Putra Alla, Yesus Kristus yang ia kandung; agar kitapun dapat menyerahkan kepada dunia. Kedua sikap Maria tersebut menyatakan kesadaran terhadap Rencana allah bukan menurut kehendak kita yang berlaku dan kesiapsediaan total untuk memenuhi Rencana Allah. Sikap yang demikian akan tumbuh dan berkembang, bila sering merefleksikan dan merenungkan hidup dan panggilan Maria.
Kedua : Kedekatan dengan Maria mengarahkan kita untuk menghayati Misteri Kristus
“Sabda dan Ekaristi”. Relasi personal dengan Bunda maria memampukan kita untuk mengalami perasaan hati Maria yang merenungkan misteri hidup Yesus yaitu peristiwa Inkarnasi dan Kelahiran-Nya, peristiwa hidup Publik-Nya, serta peristiwa Sengsara dan Kebangkitan-Nya. Kemampuan untuk dapat mengalami perasaan hati Bunda Maria tersebut, mengandaikan adanya keterlibatan dalam pereyaan LIturgis Maria sebagai Bunda Gereja “Bait Allah/Taber Nakel”-“Rahimnya telah diberkati”.
Dengan setia dan tekun mendengarkan “Sabda Putra Allah” seperti didalam setiap Renungan dalam Peristiwa-peristiwanya, atau dapat juga dikembangkan dalam peristwa-peristiwa yang ada di dalam Injil.
Ketiga : Maria merupakan Bunda dan sahabat sejati dalam panggilan. Walaupun Ibu Allah beliau tidak mendapatkan perilaku istimewa tetapi menerima dan menyerahkan kembali keseluruhan hidupnya kedalam Tangan Allah.
Bila di dalam kehidupan pribadi dan kerasulan, Bunda maria mendapat tempat, maka ia hadir sebagai Bunda dan sahabat sejati. Kehadirannya dalam kehidupan kita memberi dukungan, mengobarkan semangat dan memberikan inspirasi. Bunda maria hadir dalam kehidupan kita, bila kita berdoa bersama Maria bagi orang-orang yang dipercayakan kepada kita pula dan bila kita mencinti serta memperkenalkan Bunda Maria. Seperti “saat Bunda Maria berkunjung ke rumah saudarinya Elizabeth” tampak jelas bagaimana sapaan itu pula akan kita terima.
Selamat merenungkan.
2. Sharing "Ekaristi"
Roti untuk kita sehari-hari
Allah tidak memanggil orang-orang hebat di dunia ini, melainkan orang-orang biasa, sederhana dan berbeban namun kuncinya berikemanusiaan.
Contohnya Yesus Kristus sepanjang hidupnya, beliau selalu memikirkan mereka-mereka yang kecil dan lemah. Dibesarkan dalam keakraban, lingkungan local, Dia menjadi sehari-harian kita dan sangat mencintai sesame lebih dari dirinya sendiri.
Yesus pun pada akhir hidupnya tidak mencari sesuatu yang muluk-muluk tetapi segala pekerjaan yang sangat disenangi dan dicintai oleh Allah Bapa-Nya di Surga.
Sangat senang berkontemplasi dan merenungkan serta membantu sesama yang membutuhkan tanpa pandang bulu, beliau sangat terbuka begi siapa saja yang mau mendekati dan mendengarkan pemahaman tentang Hidup Sejati dalam Allah.
Pada malam terakhirpun Yesus sangat dekat dengan sahabat-sahabat-Nya yang di cintai, untuk memberikan dan mewariskan sebuah Misteri hidup-Nya agar kita selalu setia dan menyertai kita semua. Beliau tidak mengorbankan sesamanya tetapi mengambil sikap proaktif dan kongkrit, tidak bosa-basi atau munafik dan sangat terbuka agar sahabat-sahabat-Nya tidak bersedih dan berkurangan. Penyerahan diri-Nya begitu total sehingga kitapun dapat membenamkan diri kedalam seluruh Misteri hidup-Nya. Apa yang beliau korbankan dan berkorban bukan untuk keselamatan diri-Nya tetapi untuk orang lain yang mencintai dan memerlukan kasih saying serta kelembutan.
Yesus telah mengubah Hidup, Penderitaan dan Penyaliban sebagai “Ucapan Syukur” agar kita semua dapat menikmati kelak Kebahagiaan seperti apa yang telah beliau alami. Baliau adalah “Gambaran Kasih Sayang Allah yang hidup dan Tak tampak”, menginkarnasikan diri-Nya dalam Perjamuan Kudus “Ekaristi”. Penyaliban-Nya telah mengubah pandangan hidup manusia menjadi “Harapan”, agar Allah Bapa dapat “Bernafas” didalam Hati dan seluruh hidup kita.
Bila, merefleksi dan melihat kembali apa yang telah beliau ajarkan dalam Injil, sebenarnya telah mengalir dengan deras didalam keseluruhan “Daging dan Darah-Nya”. Sebuah pengabdian sempurna sebagai “Hamba sesame dan Putra Allah”, inilah yang terkandung dalam “Roti Hidup”- “Sabda telah menjadi Daging dan tinggal diantara kita umat-Nya”- Ya beliau “Manna dari Surga”.
Maka, kita harus “Bersyukur kepada Allah” karena ketidak layakan dan pantasnya kita telah diberi sebuah “Perjanjian Baru dan Kekal” didalam “Tubuh Kristus”, sekaligus kita diperbaharui dalam “Penciptaan Baru” sebagai “Anak-anak Allah”.
Yesus Kristus yang telah menyatukan “Langit dan Bumi” dalam kepenuhan segala “Kehendak Allah” dan bersatu dalam “Roh Nya”, melakukan segala tugas-tugas Nya dengan sempurna “Domba yang Tak Bercela” ingin membangun Dunia lebih Manusiawi dan bersatu dalam Hidup-Nya. Sebuah bentuk Kesatuan Kerjasama yang sangat Ideal dan membangkitkannya untuk menjadi ciptaan yang layak bagi Kerajaan Allah.
Tertarik oleh Allah Bapa.
Inilah sebuah Mujizat terbesar di dalam peradaban manusia dari Iman, adalah “Ekaristi” maka sangatlah disayangkan bila kita tidak mau menerima dan menyatukan hidup kita dalam Diri-Nya. Kesibukan dunia ini telah membuat kita jauh dari Kesatuan dengan-Nya, kita cenderung mencari jalan-jalan pintas. Tidak lagi membutuhkan Ekaristi merasa itu hanya sebatas kewajiban, kita lupa akan Esensial dari kekuatan Allah yang sangat tak terpahami. Bila, kita hadirpun hanya untuk setor muka tetapi tidak mau menyimak apa arti dari kehadiran Gereja bagi umat-Nya.
Dalam Ekaristi, ganjaran kelak akan kepercayaan kita yang menaruh terutama terhadap Iman kita,
Kita bukan diselamatkan karena perbuatan tetapi karena Iman kita kepada-Nya. Lebih jauh kesatuan kita dengan Yesus Kristus "Inilah Anak yang KU kasihi, dengarkanlah Dia dan Ikutilah Dia"- “Aku didalam Dia dan Dia didalam Aku”. Manusia terlalu sombong dan bahkan angkuh karena merasa tidak memerlukan lagi “Ekaristi”, kita lebih mudah menghakimi dan menghukum orang lain tanpa memberi harapan kepada sesamanya; manusia sudah merasa lebih dari Allah terlihat dari kesewena-wenaannya terhadap Dunia ini.
Bila, kita benar-benar disentuh oleh Roh Kudus maka akan semakin cinta akan Bunda Gereja, Sabda dan Ekaristi, ini dapat dilihat dari Prilaku yang perlahan-lahan pasti akan menyerupai Yesus sendiri yang hidup. Dapatkah kita mengubah pribadi dan sifat egoisme kita, tetapi didalam Kristus Yesus kita pasti akan diubah. Ya, oleh Roh Allah yang hidup bersatu di dalam Roh Kristus dan diri-Nya sendiri "Utuh".
Marilah kita sambut roti sehari-hari “Tubuh dan Darah Kristus” dengan “Iman, Harapan dan Kasih” lalu kita bersyukur karena masih ada waktu untuk dapat hadir dalam “Kesatuan Syukur dan Hidup”.
Jangan menunggu esok dan esoknya lagi tetapi bergegaslah separti “Gembala di padang”, kita harus dengan penuh gembira dan hikmat ikut serta dalam “Konsekrasi Kesatuan” ini. Hanya di dalam Dia kita telah di jamin dan terjamin. Dunia dan seisinya akan Musnah Lenyap tetapi Ia tidak akan pernah berubah “Dulu, Sekarang dan Akan datang” Kekal adanya.
Datanglah seperti, seorang kekasih dan beriman kanak-kanak, tidak perlu dengan pengatahuan sejagat ini tetapi perbesarlah Kerendahan hati-mu dan masuklah dalam “Misteri ke Illahiannya”. Pasti, kita akan menjadi “Peka” hati dan budi kita akan terpesona oleh “Keelokan-Nya” seperti gembala-gembala yang mengunjungi “Kanak-kanak Yesus”.
Setelah, kita menerima masuklah dan benamkan seluruh jiwa dan raga didalam Dia, saat-saat yang terindah kita menerima “Kelembutan Illahi yang ada di dalam “Hosti Kudus”. Penuhilah dengan segala cinta dan harapan kita di dalam “Kesatuan Inpersona Kristi”, Allah ingin mendengarkan segala penyerahan diri kita. Ya, seperti Bunda Gereja Maria tawaran Allah diterima dengan "Fiat"
Demikianlah Pribadi Hidup Yesus dengan Allah Bapa-Nya di Surga, demikian pula kita akan dihidupkan kembali. Beliau juga akan mendoakan-mu jangan lupa bahwa Dia hidup dan menyertai kita sampai ajal menjemput kita.
Setelah, berkat Gereja jangan langsung pulang tetapi luangkanlah waktu untuk "Berdoa dalam Cinta" karena saat-saat terindah roh kita disatukan bersama Roh Allah melalui seluruh kehidupan Yesus Kristus.
Saat “Terkudus” dalam misteri hidup kita dimana Allah dan Putra-Nya hadir “Aku lah Pintu” dan bersatu dengan “Anak-anak Manusia”; penuhilah hidup kita dalam Dia.
Semoga sharing pribadi mebangkitkan kita semua didalam “Kasih Karunia Allah” yang telah menciptakan dan ingin hidup bersama didalam penyertaan Perziaraan di dunia ini.
Allah tidak memanggil orang-orang hebat di dunia ini, melainkan orang-orang biasa, sederhana dan berbeban namun kuncinya berikemanusiaan.
Contohnya Yesus Kristus sepanjang hidupnya, beliau selalu memikirkan mereka-mereka yang kecil dan lemah. Dibesarkan dalam keakraban, lingkungan local, Dia menjadi sehari-harian kita dan sangat mencintai sesame lebih dari dirinya sendiri.
Yesus pun pada akhir hidupnya tidak mencari sesuatu yang muluk-muluk tetapi segala pekerjaan yang sangat disenangi dan dicintai oleh Allah Bapa-Nya di Surga.
Sangat senang berkontemplasi dan merenungkan serta membantu sesama yang membutuhkan tanpa pandang bulu, beliau sangat terbuka begi siapa saja yang mau mendekati dan mendengarkan pemahaman tentang Hidup Sejati dalam Allah.
Pada malam terakhirpun Yesus sangat dekat dengan sahabat-sahabat-Nya yang di cintai, untuk memberikan dan mewariskan sebuah Misteri hidup-Nya agar kita selalu setia dan menyertai kita semua. Beliau tidak mengorbankan sesamanya tetapi mengambil sikap proaktif dan kongkrit, tidak bosa-basi atau munafik dan sangat terbuka agar sahabat-sahabat-Nya tidak bersedih dan berkurangan. Penyerahan diri-Nya begitu total sehingga kitapun dapat membenamkan diri kedalam seluruh Misteri hidup-Nya. Apa yang beliau korbankan dan berkorban bukan untuk keselamatan diri-Nya tetapi untuk orang lain yang mencintai dan memerlukan kasih saying serta kelembutan.
Yesus telah mengubah Hidup, Penderitaan dan Penyaliban sebagai “Ucapan Syukur” agar kita semua dapat menikmati kelak Kebahagiaan seperti apa yang telah beliau alami. Baliau adalah “Gambaran Kasih Sayang Allah yang hidup dan Tak tampak”, menginkarnasikan diri-Nya dalam Perjamuan Kudus “Ekaristi”. Penyaliban-Nya telah mengubah pandangan hidup manusia menjadi “Harapan”, agar Allah Bapa dapat “Bernafas” didalam Hati dan seluruh hidup kita.
Bila, merefleksi dan melihat kembali apa yang telah beliau ajarkan dalam Injil, sebenarnya telah mengalir dengan deras didalam keseluruhan “Daging dan Darah-Nya”. Sebuah pengabdian sempurna sebagai “Hamba sesame dan Putra Allah”, inilah yang terkandung dalam “Roti Hidup”- “Sabda telah menjadi Daging dan tinggal diantara kita umat-Nya”- Ya beliau “Manna dari Surga”.
Maka, kita harus “Bersyukur kepada Allah” karena ketidak layakan dan pantasnya kita telah diberi sebuah “Perjanjian Baru dan Kekal” didalam “Tubuh Kristus”, sekaligus kita diperbaharui dalam “Penciptaan Baru” sebagai “Anak-anak Allah”.
Yesus Kristus yang telah menyatukan “Langit dan Bumi” dalam kepenuhan segala “Kehendak Allah” dan bersatu dalam “Roh Nya”, melakukan segala tugas-tugas Nya dengan sempurna “Domba yang Tak Bercela” ingin membangun Dunia lebih Manusiawi dan bersatu dalam Hidup-Nya. Sebuah bentuk Kesatuan Kerjasama yang sangat Ideal dan membangkitkannya untuk menjadi ciptaan yang layak bagi Kerajaan Allah.
Tertarik oleh Allah Bapa.
Inilah sebuah Mujizat terbesar di dalam peradaban manusia dari Iman, adalah “Ekaristi” maka sangatlah disayangkan bila kita tidak mau menerima dan menyatukan hidup kita dalam Diri-Nya. Kesibukan dunia ini telah membuat kita jauh dari Kesatuan dengan-Nya, kita cenderung mencari jalan-jalan pintas. Tidak lagi membutuhkan Ekaristi merasa itu hanya sebatas kewajiban, kita lupa akan Esensial dari kekuatan Allah yang sangat tak terpahami. Bila, kita hadirpun hanya untuk setor muka tetapi tidak mau menyimak apa arti dari kehadiran Gereja bagi umat-Nya.
Dalam Ekaristi, ganjaran kelak akan kepercayaan kita yang menaruh terutama terhadap Iman kita,
Kita bukan diselamatkan karena perbuatan tetapi karena Iman kita kepada-Nya. Lebih jauh kesatuan kita dengan Yesus Kristus "Inilah Anak yang KU kasihi, dengarkanlah Dia dan Ikutilah Dia"- “Aku didalam Dia dan Dia didalam Aku”. Manusia terlalu sombong dan bahkan angkuh karena merasa tidak memerlukan lagi “Ekaristi”, kita lebih mudah menghakimi dan menghukum orang lain tanpa memberi harapan kepada sesamanya; manusia sudah merasa lebih dari Allah terlihat dari kesewena-wenaannya terhadap Dunia ini.
Bila, kita benar-benar disentuh oleh Roh Kudus maka akan semakin cinta akan Bunda Gereja, Sabda dan Ekaristi, ini dapat dilihat dari Prilaku yang perlahan-lahan pasti akan menyerupai Yesus sendiri yang hidup. Dapatkah kita mengubah pribadi dan sifat egoisme kita, tetapi didalam Kristus Yesus kita pasti akan diubah. Ya, oleh Roh Allah yang hidup bersatu di dalam Roh Kristus dan diri-Nya sendiri "Utuh".
Marilah kita sambut roti sehari-hari “Tubuh dan Darah Kristus” dengan “Iman, Harapan dan Kasih” lalu kita bersyukur karena masih ada waktu untuk dapat hadir dalam “Kesatuan Syukur dan Hidup”.
Jangan menunggu esok dan esoknya lagi tetapi bergegaslah separti “Gembala di padang”, kita harus dengan penuh gembira dan hikmat ikut serta dalam “Konsekrasi Kesatuan” ini. Hanya di dalam Dia kita telah di jamin dan terjamin. Dunia dan seisinya akan Musnah Lenyap tetapi Ia tidak akan pernah berubah “Dulu, Sekarang dan Akan datang” Kekal adanya.
Datanglah seperti, seorang kekasih dan beriman kanak-kanak, tidak perlu dengan pengatahuan sejagat ini tetapi perbesarlah Kerendahan hati-mu dan masuklah dalam “Misteri ke Illahiannya”. Pasti, kita akan menjadi “Peka” hati dan budi kita akan terpesona oleh “Keelokan-Nya” seperti gembala-gembala yang mengunjungi “Kanak-kanak Yesus”.
Setelah, kita menerima masuklah dan benamkan seluruh jiwa dan raga didalam Dia, saat-saat yang terindah kita menerima “Kelembutan Illahi yang ada di dalam “Hosti Kudus”. Penuhilah dengan segala cinta dan harapan kita di dalam “Kesatuan Inpersona Kristi”, Allah ingin mendengarkan segala penyerahan diri kita. Ya, seperti Bunda Gereja Maria tawaran Allah diterima dengan "Fiat"
Demikianlah Pribadi Hidup Yesus dengan Allah Bapa-Nya di Surga, demikian pula kita akan dihidupkan kembali. Beliau juga akan mendoakan-mu jangan lupa bahwa Dia hidup dan menyertai kita sampai ajal menjemput kita.
Setelah, berkat Gereja jangan langsung pulang tetapi luangkanlah waktu untuk "Berdoa dalam Cinta" karena saat-saat terindah roh kita disatukan bersama Roh Allah melalui seluruh kehidupan Yesus Kristus.
Saat “Terkudus” dalam misteri hidup kita dimana Allah dan Putra-Nya hadir “Aku lah Pintu” dan bersatu dengan “Anak-anak Manusia”; penuhilah hidup kita dalam Dia.
Semoga sharing pribadi mebangkitkan kita semua didalam “Kasih Karunia Allah” yang telah menciptakan dan ingin hidup bersama didalam penyertaan Perziaraan di dunia ini.
Langganan:
Postingan (Atom)