Oleh : Rm. Moses Beding, CSSR
Ave Maria edisi AM 41
Suatu tradisi saleh memberikan penghormatan yang saleh pada kata-kata terakhir yang diucapakan Yesus pada saat menjelang wafat-Nya dalam keempat Injil.
Dari atas salib kita menemukan uacapan Yasus sekali dalam Injil Mathius dan Markus, tiga kali dalam Injil Lukas dan tiga kali dalam Injil Yohanes.
Berbicara dalam penderitaan sakratul maut dan dalam kegelapan diatas salib, semua kata-kata ini mengkunakapkan pandangan Yesus tentang kematian-Nya menurut penekanan masing-masing Pengijil. Kita tak mengetahui urutan kata-kata ini diucapakan, Harmonisasi dari Injil sejak abad kedua telah menempatkan semuanya dalam berbagai macam urutan.
Kita juga tidak tahu, apakah setiap penginjil memiliki kata-kata Yesus dari Salib sejak awal dari kisah Sengsara, atau mereka mengungkapakan suatu pengertian tertentu dari hari misa dan nasib/takdir dari Yesus.
Yang kita tahu ialah bahwa ketujuh kata-kata/ucapan ini adalah tujuh ucapan yang diilhami dari kisah Sengsara Kanonis yang diturunkan kepada kita oleh empat Penginjil/Penulis, Marilah kita merenungkan setiap ucapan Yesus ini dengan maksud untuk bertnya apa ayng diajarkan mereka ke[ada kita tentang Tuhan Yesus yang tersalib dan arti dari kematian-Nya.
1. Ucapan Pertama :
Pengampunan adalah : Sesuatu yang sangat mahal. Amat sangat mudah untuk memberikan semacam pengampunan sepanjang lengan tangan, memberikan pengampunan, jika kita tidak dilukai secara serius. Akan tetapi pengampunan yang sesungguhnya adalah suatu pengampunan yang sungguh keluar dari hati untuk membiarkan berlalu kepedihan dan kebencian apabila kita telah menjadi korban luka serius yang dibuat oleh orang lain.
Pengampunan adalah jalan satu-satunya menuju kepadaperdamaian dalam suatu dunia yang ditnadai/dijejali dengan penghinaan, kelalian, kekerasan dan dendam. Untuk siapa Yesus memohon pengmpunan dari Bapa?
Pertama tentu bagi serdadu-serdadu Roma yang memaku Dia di Palang salib dan bagi para pengusa Roma yang menjatuhkan hukuman mati ke atas-Nya. Selanjutnya untuk “Imam-imam kepala, dan pemimpin serta Rakyat” Yerusalem (Luk 23 :13) yang berteriak-teriak “Salibkanlah Dia” (Luk 23 :21)
Namun menurut Yesus, orang-orang Roma dan orang-orang Yahudi dari Yerusalem tidak tahu apa yang mereka perbuat. Lukas mepertegas ketidaktahuan para pemimpin dan rakyat Yerusalem dalam kotbah St. Petrus dalam Kisah Para Rasul, “Hai saudara-saudara aku tahu bahwa kamu telah berbuat demikian kerana ketidaktahuan, sama seperti semua pemimpin kamu”(Kis 3 :17) Dalam pidatonya Rasul Paulus, Penginjil Lukas mengilhaminya bahwa rakyat Yerusalem menghukum Yesus, karena “mereka gagal mengenal-Nya” (Kis 13 : 27) Jelas bahwa rakyat Yerusalem tidak diberitau atau karena mereka tidak menangkap tanda-tanda dari perbuatan/tindakan mereka. Yesus telah menangisi Yerusalem dan sambil meratap Ia berseru, “Wahai betapa baiknya jika pada hari ini juga engkau mengerti apa yang perlu untuk damai sejahteramu! Tetapi sekarang hal itu tersembunyi bagi matamu.”(Luk 19 : 42) Rakyat bandel dank eras kepala dan tidak mematuhi rencana Allah . Sangat menarik untuk dicermati aialah bahwa meskipun orang tidak tahu apa yang sedang mereka lakukan, namun mereka tetap butuh pengampunan.
Pengampunan para penyiksa_nya, untuk mereka Yesus berdoa pada bukit tengkorak di luar Yerusalem menjalar dari sana semakin meluas mencakup sekelilingnya bahkan sampai ke seluruh dunia. Dalam buku Yona, Allah menytakan belaskasihan-Nya atas orang-orang Asyria yang jahat – “orang-orang yang tidak dapat membedakan tangan kanan dari tangan kirinya”, meskipun segala kebengisan telah mereka lakukan pada orang lain.(Yona 4 : 11)
Doa Yesus untuk pengmpunan turun juga ke atas kita masing-masing kita ayng tahu dengan baik apa yang kita lakukan, tetapi kita tidak pernah tahu ettang derita dan sengsara yang disebabkan oleh dosa-dosa kita pada Hati Yesus. Yesus yang mengajar para murid-Nya mencintai, bahkan mencintai musih-musiuh mereka memberikan teladan dan contoh. Ia mendorong kita untuk mencintai, karena inilah dan hanya satu-satunya jalan kepada perdamaian.
2. Ucapan Kedua :
Sambil berpaling kepada Yesus penjahat yang bertobat itu melihat sesuatu dalam orang yang ditahan ditengah-tengah mereka, hal mana tidak terlihat oleh si pengejek itu. Penjahat yang bertobat itu melihat seorang Raja, yang duduk di atas Tahta-Nya, didandani/dihiasi dengan belaskasihan mengambil kekuasaan dalam kerajaan-Nya. Pandangan iman dari si penjahat tidak dapat menyangkal akan kenyataan penderitaan dahsyat dan penolakan yang diderita oleh Yesus. Dan hal itu menyakinkan kita tidak ada satupun penderitaan yang lpaling dalam, yang tidak dialami oleh Raja Penyelamat kita. Jawaban Yesus, “Hari ini juga angkau akan ada bersama-Ku di dalam Firdau”, menunjukan betapa dahsyatnya kuasa penyelamatan dari kematian Yesus di atas salib. Keseluruhan Injil Lukas menekankan skeselamatan serta merta yang ditawarkan oleh Yesus kepada para Gembala “Pada hari ini telah lahir bagimu seorang Juru Selamat”, kepada Zakeus “Pada hari ini keselamatan turun ke atas rumah ini” (Luk 19 :9) Yesus menjanjikan bahwa penjahat yang bertobat itu akan segara/serta merta menikmati terang kebahagiaan bersama Allah, kebahagiaan Firdaus. Seprti halnya Ia hidup, demikianpun Yesus Wafat, yaitu memberikan pengampunan atas dosa-dosa dan mendatangkan keselamatan. Yesus “Datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang”(Luk 19 : 10), malaui kehidupan-Nya Yesus menjadi “sahabat para pendosa” (Luk 7 :34). Janji Yesus kepada para pendamping-Nya (penjahat) pada saat ajal adalah juga janji Yesus kepada kita semua. “Karena kit semua masih tetap orang berdosa, Kristus Wafat untuk kita”(Rom 5 :8). Kata-kata Yesus kepada para penjahat pada saat ajal mereka, meyakinkan kita bahwa betapapun gelap dan susah hidup kita, kita tidak pernah kehilangan pengharapan. Kita dapat berpaling kepada Dia yang menjanjikan Firdaus kepada penjahat dan kitapun tahu bahwa janji yang akan ditunjukan-Nya juga kepada kita.
3. Ucapan Ketiga :
Namun demikian Yohanes bermaksud untuk menyampaikan lebih dari pada sekedar cinta seorang anak dalam agegan ini. Ia tidak menyebut nama ibu-Nya, Maria dipanggil-Nya “wanita”, Murid yang menjadi “putranya, ia disebut” murid yang dikasihi-Nya”. Dibawah salib dua tokoh histories mengembambil suatu perenan yang lebih simbolik dan spiritual, membentuk suatu keluarga baru.
Eva, wanita pertama adalah “ibu dari semua yang hidup”(Kej 3 :20). Maria, Eva baru, adalah ibu dari Gereja. Murid yang dikasihi itu mewakili semua orang yang dikasihi oleh Yesus sebagai saudara-Nya dalam keluarga-Nya, ialah siapa saja yang melaksanakan kehendak Bapa-Nya(Mrk 3 :35). Dalam Injil Lukas, Yesus berkata bahwa ibu dan saudara-saudara-Nya adalah “mereka yang mendengar Sabda Allah dan melaksanakannya” (Luk 8 :21). Keluarga baru ini yang dibangunkan dibawah salib adalah suatu persekutuan para kudus, baik diatas bBumi maupun di dalam Surga. Pada saat yang sama Yesus menyerahkan ibu-Nya kepada perlindungan murid yang dikasihi-Nya. Ia menyrahkan murid-Nya ke bawah perlindungan ibu-Nya. Maka seperti halnya ibu-Nya mengambil bagian dalam Misteri kehidupan Kristus dalam segala kepenuhan suka dan duka-Nya, maka demikian pula ia mengambil bagian secara akrab dan mesra dalam kehidupan para saudara Kristus diatas Bumi. Sebagai “Bunda yang berdukacita” ramalan Simeon terpenuhi di dalam dia “sebuah pedang akan melukai hatimu”(Luk 2 :35). Tetapi ia pun tahu bahwa penderitaan dan kematian tidak mempunyai kata terakhir dalam rencana Allah untuk kita. Maria mengajarkan pada kita kemungkinan-kemungkinan dari pengharapan yang baru yang timbul/muncul dari kehidupan dan menunjukan pada kita bagaimana mencegah kehancuran diri sendiri atau keputusan. Dia yang melahirkan Sabda Allah, tahu bahwa anak-anaknya ditetapkan dan ditentukan untuk dilahirkan kembali ke dalam kepenuhan hidup.
4. Ucapan Kempat :
Dalam penderitaan dan kesusahan-Nya, Yesus memilih kata-kata dari Mazmur 22, keluh kesah bangsa Israel yang paling kuat dan dahsyat. Sebagai seorang Yahudi yang saleh, Yesus hafal bentuk kata-kata dari Mazmur. Dan kata-kata itu dari Mazmur akan muncul/timbul dengan sendirinya dalam pikiran untuk mengungkapkan keluh-kesah, pujian, kemarahan, kepercayaan, syukur atau pengharapan. Matius dan Markus menyampaikan pada kita baris-baris pembukaan dari Mazmur dalam bahasa Ibrani, bahasa dari doa Yesus(Mat 27 :46), dan bahasa Aram, bahasa dari khotbah Yesus (Mrk 15 :34). Kita dapat menyimpulkan, bahwa Yesus mendoakan seluruh Mazmur menjelang hembusan nafas teakhir-Nya Mazmur diawali dengan mengungkapkan nasib seseorang yang ditinggalkan dan terbuang, dan lalu dilanjutkan dengan menungkapkan kepercayaan kepada kesetiaan Allah. Mazmur itu tidak berakhir dalam kemenangan dan pembasan. Karena bagi Yesus doa terkhir ini adalah suatau ungkapan dari iman dan bukannya kepedihan atau putus asa.
Dalam menanggung konsekuensi dari dosa-dosa umat manusia, Yesus menglami akibat dosa yang paling buruk, yaitu pengalaman manusia yang ditinggalkan Allah. Namun perasaan mnusia bahwa terpisah dari Allah itu bukanlah seluruh kenyataan yang sebnarnya; yang benar ialah bahwa Allah tidak pernah akan meninggalkan kita. Dalam kegelapan pada hari itu di atas bukit Gogota, cahaya terang, dunia ini tertutup, tetapi bukan padam dari kegelapan, seseorang yang beriman dan percaya, tahu bahwa dating melalui kegelapan/kepekatan yang luar biasa, maka kita dapat percaya, bahwa apabila kita merasa dibuang dan ditinggalkan, Allah bersama kita dan ingin membawa kita dan menghantar kita keseberang (ketepi yang lain), Kebahagiaan.
5. Ucapan Kelima :
Kehausan Yesus diatas salib, hendaknya juga menjadi kehausan kita. Apakah kehausan yang paling mengetirkan dalam diri kita? Ketika Yesus berbicara dengan wanita Samaria di sumur Yakub dia berkata,”Barang siapa yang minum air yang akan Ku-berikan kepadnya, ia tidak akan haus untuk selam-lamanya” sebaliknya air yang akan Ku-berikan kepadanya, akan menjadi mata air di dalam dirinya, yang terus menerus memancar sampai kepada kehidupan kekal (Yoh 4 :14). Pada hari raya pesta besar di Yerusalem, Yesus berkata kepada orang-orang yang berkumpul :”Barangsiapa haus baiklah ia dating kepada-Ku dan minum! Barangsiapa percaya kepada-Ku, seperti yang dikatakan oleh Kitab Suci; dari dalam hatinya akan mengalir aliran-aliran air Hidup.”(Yoh 7 :37)
Allah sendirilah ayng dpat memuaskan kehausan kita ayng paling dalam. Marilah kita merasa haus akan Rahmat, akan beklaskasihan dan sukacita karena pancaran mata air adalah cinta Allah di dalam kita.
6. Ucapan Keenam :
Sesuai menyelesaikan tugas perutusan-Nya, yaitu membawa keselamatan kepada Umat Allah, Yesus tahu dengan juaminan/kepastian yang mulia, bahwa tibalah saatnya, itulah saat-nya untuk mati. Sekarang Yesus menyempurnakan karya yang telah diberikan oleh Bapa kepada-Nya. Di atas salib Ia meminum dari piala yang diberikan kepada-Nya sebagai suatu Komunitas baru terdiri dari ibu dan murid. Yohanes memperkuat penyempurnaan ini ketika Ia menundukkan kepala dan menyerahkan roh-Nya.
Manyerhkan roh-Nya tidak hanya berarti bahwa Yesus Mati. Secara harafiah kata itu berarti “mempersembahkan, menyerahkan, mempercayakan.” Pada saat kematian Yesus Roh kepada Komunitas baru yang dibentuk-Nya dibawah salib, Pada saat Yesus wafat lahirlah Gereja.
Pandangan Yesus yang menyakinkan tetang kematian-Nya sendiri sebagai pemenuhan dan kelengkapan seluruh hidup-Nya, kiranya dapat mengilhami dan mendorong kita untuk hidup dan mati seperti itu/dengan cara yang sama, sehingga pada saat ajal kita dapat tersenyum smentara tiap orang di sekitar kita menangis.
7. Ucapan Ketujuh :
Ketika itu para lawan/musuh sekongkol untuk melawan-Nya dan berencana untuk membunuh-Nya (Mzm 31 : 11-13). Seorang penderita mengelami Allah sebagai suatu “Benteng/Batu karang perlindungan…. Suatu benteng yang kuat.” Ia sadar bahwa Allah paling dekat dan hadir, meski Ia kelihatannya tidak ada, orang yang menderita sanggup menyerahkan dirinya ke dalam tangan Allah. (Mzm 31 :6)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar