Selasa, 01 Juli 2008
13. Sharing "St. Antonius"
Pengantar
Hidup Santo Antonius merupakan hidup dengan pengabdian total kepada Tuhan. Ia berasal dari keluarga yang sangat kaya dan terpandang. Karena begitu besar belas kasihan Tuhan terhadapnya, Santo Antonius menanggapi panggilan Tuhan dengan mengabdikan hidupnya sebagai seorang pertapa.
Ia hidup dalam kesunyian dan di tempat yang terpencil. Ia memulai hidupnya sendiri dengan kehidupan doa yang mendalam serta pertobatan terus-menerus kepada Tuhan. S
anto Antonius hidup dalam kerendahan hati, kelemahlembutan serta kebijaksanaan. Di usianya yang ke limapuluh lima tahun, Santo Antonius mendirikan sebuah biara guna menolong sesama.
Sekilas Riwayat Hidup Santo Antonius
dilahirkan di sebuah desa sebelah selatan Kota Mempis sebuah dusun kecil di Mesir pada tahun 251 dalam keluarga yang kristiani. Orang tuanya selalu menjaga dia agar tetap berada di rumah, sehingga membuat Antonius bertumbuh menjadi seorang yang lugu. Keluguannya dapat dilihat dari tutur katanya yang santun dan tidak mengerti bahasa lain selain bahasa yang didapatnya dari keluarganya. Pada saat usianya belum mencapai 20 tahun kedua orang tuanya telah meninggal dunia. Saat itu Antonius menyadari bahwa dirinya memiliki harta warisan yang besar dan ia harus bertanggungjawab atas hidup adik perempuannya. Antonius merasakan belaskasihan Tuhan yang berlimpah atasnya, dan ia pun datang kepada Tuhan dalam doa. Semakin lama ia semakin peka akan penyelenggaraan Tuhan dalam hidupnya.
Suatu ketika saat Antonius sedang mengikuti perayaan Ekaristi di Gereja, ia mendengarkan sebuah bacaan yang merupakan sabda Yesus kepada seorang pria muda yang kaya raya, "Pergi, juallah apa yang engkau miliki, dan berikan kepada orang miskin, dan engkau akan memperoleh harta surgawi." Antonius merasa bahwa sabda itu ditujukan kepadanya sebagai sapaan dan jawaban Tuhan atas doa-doanya selama ini. Lalu sekembalinya ke rumah, Antonius memberikan tanahnya yang luas kepada tetangga-tetangganya, dan sebagian rumah-rumahnya dijual serta hasil penjualannya diberikan kepada orang-orang miskin. Yang tinggal hanyalah apa yang menjadi kebutuhan Antonius dan adik perempuannya. Segera setelah apa yang didengarkannya dalam Gereja itu ia mendengar sabda Yesus selanjutnya, "Janganlah kuatir tentang masa depanmu." Maka Antonius juga memberikan sisa miliknya dan memindahkan adik perempuannya ke rumah para pegawainya, yang disebutkan dalam catatan diasumsikan sebagai biara pertama karena mereka menjadi kelompok wanita yang hidup dalam doa dan kontemplasi. Antonius sendiri kemudian menarik diri dalam kesunyian, dengan mengikuti beberapa orang yang lanjut usia yang menjadikan hidupnya sebagai pertapa di sekelilingnya. Kegiatan mereka sehari-harinya adalah membuat pekerjaan tangan, berdoa, dan membaca. Makanan Antonius hanyalah roti dengan sedikit garam, dan Antonius tidak minum apapun selain air; Ia tidak pernah makan sebelum fajar tenggelam, kadang kala hanya sekali dalam waktu empat hari. Antonius hidup dalam kesunyian yang semakin membawanya menyatu dengan Tuhan yang dicintainya.
Sebelum meninggal Antonius sempat mengunjungi rahib-rahibnya, dan berpesan kepada 2 orang muridnya yaitu Macarius dan Amathas agar ia dimakamkan secara tersembunyi di biara yang terletak di sisi gunung. Antonius meninggal pada tanggal 17 Januari 356, diusianya yang ke-105 tahun. Saat kematiannya ia tidak mengalami sakit apapun, pandangannya tidak kabur, giginya masih utuh tidak ada yang tanggal ataupun rusak. Dari sisi seni Antonius selalu hadir dengan tau-berbentuk salib seperti huruf T, bel kecil, babi, kadangkala dengan buku sebagai identifikasi dari santo ini. Lambang Salib, mengidentifikasikan bahwa Santo Antonius selalu menggunakan tanda salib dalam perlawanannya terhadap kuasa jahat. Babi, melambangkan iblis. Bel yang dikalungkan di leher penggembala babi sebagai tanda kehadirannya. Buku, menunjukkan kompensasi Santo Antonius tidak membaca bacaan lain selain buku dari alam.
Pesta peringatan Santo Antonius ini dirayakan setiap tanggal 17 Januari.
Teladan Hidup Santo Antonius Pertapa
Dalam menjalani hidup kerahibannya Santo Antonius memiliki semangat yang teguh untuk mencari teladan hidup agar dapat lebih mengarahkan hidupnya pada kehendak Tuhan. Jika Santo Antonius mendengar beberapa pertapa yang berbudi luhur, ia mencarinya dan berusaha keras mendapatkan serta mempelajari kebajikan-kebajikan paling utama dalam diri setiap pertapa sebagai teladan dan perintah pertapa-pertapa senior. Dengan cara demikian dalam waktu singkat Santo Antonius sendiri telah menjadi seorang teladan dalam kerendahan hati, kemurahan hati, pendoa, dan kebajikan-kebajikan lainnya.
Mengatasi Kelemahan
Setiap manusia tentu memiliki kelemahan serta memiliki jalan masing-masing untuk mengatasinya sesuai dengan kondisi lingkungan, panggilan hidup, serta rahmat yang Tuhan berikan kepada kita. Banyak orang mendengar tentangnya dan mohon saran serta nasihatnya. Santo Antonius akan memberi mereka nasihat-nasihat praktis, ia menekankan bahwa "Setan takut pada kita ketika kita berdoa dan bermatiraga. Setan juga takut ketika kita rendah hati dan lemah lembut. Terutama, setan takut pada kita ketika kita sangat mencintai Yesus. Setan lari terbirit-birit ketika kita membuat tanda salib." Demikian juga Santo Antonius dalam menjalani hidupnya sebagai pertapa seringkali menghadapi berbagai macam godaan. Godaan yang dialami Santo Antonius antara lain menemukan dirinya berbangga atas kebajikan-kebajikan yang telah dilakukannya, sehingga menjadikan dirinya memiliki prestise di dunia. Dengan jalan apa pun kuasa kegelapan berusaha menjadikan jiwa kecewa atas jalan kehidupan yang telah Tuhan tentukan.
Santo Antonius setiap malam mendapat godaan dengan imajinasi-imajinasi cabul. Kuasa kegelapan menyerang dengan tepat tertuju pada kelemahannya. Santo Antonius melawan serangan tersebut dengan berpuasa keras dan berdoa. Setan menggoda dengan begitu gencarnya, menampilkan dirinya dalam wujud yang nyata. Pertama dengan kedatangan seorang perempuan untuk menggodanya, kemudian orang negro untuk menakut-takuti Santo Antonius. Ketika Santo Antonius beristirahat ia berbaring di atas lantai. Dalam pencarian kesunyian yang lebih terpencil Santo Antonius menarik diri ke sebuah tempat pemakaman tua, di mana seorang temannya selalu membawakan Santo Antonius roti dari waktu ke waktu. Namun, setan hadir lagi tanpa permisi untuk menyerang Santo Antonius dengan tindakan yang nyata, dan menakuti Santo Antonius dengan suara yang mengerikan; bahkan suatu saat setan memukulnya dengan sangat memilukan hingga hampir mati, dan dalam kondisi inilah Santo Antonius ditemukan oleh sahabatnya. Ketika ia mulai sadar Santo Antonius menangis kepada Tuhan, "Di mana Engkau, Tuhanku dan Guruku?" Sebuah suara menjawab, "Antonius, Aku di sini selalu; Aku berdiri di sisimu dan melihat engkau bertempur; dan karena engkau cukup kuat bertahan terhadap musuh-musuhmu, Aku selalu melindungi engkau, dan akan membuat namamu terkenal di bumi."
Santo Antonius sungguh-sungguh berusaha keras untuk dapat mengatasi kelemahan dan godaan setan. Ia berhasil melewati semua itu tak lain karena ia sangat mencintai Tuhan, dan dalam hidupnya ia mempunyai tujuan untuk bersatu dengan Tuhan. Maka dengan doa yang terus-menerus dan perjuangannya ia dapat mengatasi berbagai godaan dan kelemahan yang ada dalam dirinya.
Cinta akan Tuhan
Santo Antonius berani meninggalkan segala kekayaan dan kemewahan yang dimilikinya untuk hidup sederhana sebagai seorang pertapa semata-mata hanyalah karena cinta yang begitu dalam akan Tuhan. Sabda yang didengarnya saat di Gereja adalah suatu jalan yang menyadarkan dirinya bahwa tak ada hal lain di dunia yang lebih berarti selain Tuhan saja. Untuk hal yang terindah dan tak ternilai itulah maka ia pun bergegas meninggalkan segala hal yang bernilai duniawi.
Cintanya akan Tuhan begitu besar sehingga dia pun tak putus asa untuk berjuang melawan segala godaan yang datang padanya. Cinta yang dimilikinya menjadi suatu kekuatan bagi Santo Antonius dalam perjuangan hidupnya. Dia begitu menyadari bahwa untuk mencintai Tuhan berarti ia harus rela berjuang dan menghadapi segala musuh Tuhan yang ingin menarik dia kembali ke dunia. Sadar akan hal ini maka Santo Antonius pun semakin hari semakin mempersembahkan hidupnya untuk mencintai Tuhan saja.
Bersyukur
Dalam perjalanan hidupnya Santo Antonius menyatakan betapa pentingnya kita bersyukur atas apa yang telah Tuhan berikan kepada kita. Seperti pada saat Santo Antonius melakukan perjalan ke Alexandria, ia bertemu dengan seorang yang sengat terkenal, yaitu Didimus seorang tunanetra yang menjadi kepala sekolah kateketik di Alexandria. Santo Antonius menghibur serta memberikan semangat kepada Didimus agar tidak terlalu menyesali akan kebutaannya, yang sebenarnya biasa terjadi bahkan pada serangga sekalipun. Santo Antonius menyarankan agar Didimus bersukacita karena betapa berharganya pancaran diri yang dimiliki oleh kita sebagai murid-murid Kristus, dengan demikian kita dapat memandang Tuhan dan mengobarkan api cinta-Nya dalam jiwa kita.
Hidup Doa Santo Antonius Pertapa
Satu hal yang menjadi kekuatan Santo Antonius dalam menjalani hidupnya sebagai seorang pertapa adalah hidup doa yang mendalam. Santo Antonius menghabiskan sebagian besar waktu malamnya dengan kontemplasi. Saat fajar menyingsing memanggilnya untuk kembali melakukan aktivitas sehari-hari, Santo Antonius mengeluh akan cahaya yang merenggutnya dari cahaya terindah dalam dirinya yang sedang dinikmatinya ketika tinggal dalam kegelapan dan kesunyian. Setelah Santo Antonius beristirahat seketika Ia selalu terbangun pada saat malam hari dan melanjutkan doanya dengan berlutut dengan tangan terbuka mengarah ke surga hingga fajar menyingsing, dan kadangkala hingga pukul 3 siang.
Doa yang tak henti-hentinya dipanjatkan kepada Tuhan membuat Santo Antonius semakin hari semakin dapat mendengarkan suara Tuhan dalam hatinya. Di sepanjang hari Santo Antonius tak pernah berhenti berdoa, entah ketika mengerjakan pekerjaan tangan atau ketika berada dalam keheningan alam, ia tak pernah berhenti mempersembahkan doa-doanya kepada Tuhan.
Hidup doa Santo Antonius ini amat mendalam, ia sadar sepenuhnya bahwa jika tanpa ditopang dengan doa dan doa, maka hidup bertapa akan sangat menyulitkan dan justru akan menyeretnya ke dalam banyak lubang dosa yang telah disiapkan oleh setan. Karena itulah maka Santo Antonius selalu menekankan doa dalam kehidupannya, sebab di situlah ia selalu memperoleh kekuatan dan rahmat untuk terus berjalan menuju tujuan akhir hidupnya bersatu dengan Tuhan.
Hidup di hadirat Tuhan
Hidup doa yang mendalam dari Santo Antonius membuat dia selalu hidup di hadirat Tuhan. Sepanjang waktunya dihabiskannya untuk memikirkan Tuhan saja. Jika dia sedang bekerja atau melakukan segala aktivitas yang lain, dia melakukannya untuk Tuhan. Apapun dipersembahkan untuk mencintai Tuhan. Santo Antonius selalu berusaha untuk menyadari kehadiran Tuhan dalam kehidupannya, dalam segala hal di sekelilingnya. Dengan kesadaran itu dia akan selalu berusaha menyenangkan hati Tuhan dan memikirkan Tuhan saja. Dia menyadari dengan memikirkan Tuhan sepanjang hari itu juga menjadi salah satu cara yang baik untuk melawan godaan yang datang. Ketika kita memikirkan Tuhan, maka kita pun akan lebih waspada dan berhati-hati terhadap segala serangan godaan setan. Hidup di hadirat Tuhan membuat seseorang selalu menyadari kehadiran Tuhan yang mengasihi dia.
Kelembutan dan Kebijaksanaan
Santo Antonius Pertapa Pada zaman itu ahli-ahli filsafat kafir dan yang lainnya kadangkala pergi untuk berdiskusi dengan Santo Antonius, karena bagi mereka sosok seorang Antonius sangatlah mengherankan dalam kelembutan dan kebijaksanaannya. Ketika beberapa ahli filsafat bertanya kepada Santo Antonius bagaimana Ia dapat meluangkan waktunya dalam kesunyian bahkan tanpa buku-buku, Santo Antonius menjawab alam adalah buku terbaiknya dan ketiadaan akan apapun sudah cukup baginya. Ketika yang lain datang untuk mengejek kedunguannya, Santo Antonius bertanya kepada mereka dengan kesederhanaannya mana yang terbaik, mengerti kebajikan atau belajar dari buku, dan yang mana dapat berguna bagi sesama. Ahli-ahli filsafat itu berkata "mengerti kebajikan". Santo Antonius berkata "cukup hanya dengan itu". Ahli-ahli filsafat kafir yang lainnya berharap ada perselisihan dan menuntut alasan atas kepercayaan Santo Antonius akan Kristus. Santo Antonius membuat mereka terdiam dengan menunjukkan bahwa mereka merendahkan pikiran Allah dengan menganggap hal tersebut berasal dari ambisi manusia; tetapi salib yang hina adalah demonstrasi terbesar dari kebajikan yang tidak terbatas dan kehinaan adalah kemuliaan tertinggi bagi Kristus yang bangkit dengan jaya dan dengan kebangkitan-Nya dari kematian untuk menghidupkan dan menyembuhkan yang buta dan sakit.
Mengenal Diri
Dalam ketujuh suratnya kepada Santo Jerome ada sebuah pepatah yang selalu dikatakannya, yaitu bahwa sangatlah penting untuk mengetahui tentang siapa diri kita dan hanya dengan demikian kita dapat menuju kepada pengetahuan akan Allah dan cinta Allah. Dalam surat Santo Antonius yang ditujukan kepada Santo Theodore, dikatakannya bahwa Tuhan telah memberikan keyakinan kepada Santo Antonius, yaitu Tuhan akan menunjukkan kerahiman-Nya bagi semua yang percaya dengan sungguh-sungguh kepada Yesus Kristus, meskipun mereka telah jatuh, jika mereka dengan sungguh-sungguh bertobat dari dosa mereka.
Sharing :
* Apakah Anda telah belajar untuk mengenal diri Anda atau sudah mengenal diri Anda? Sharingkan kepada teman-teman Anda bagaimana proses pengenalan diri Anda? * Setelah Anda mengenal diri bagaimana perkembangan hidup rohani Anda terutama hubungan Anda dengan Tuhan? Sharingkanlah dengan teman-teman anda. * Apakah Anda telah mengabdikan hidup Anda kepada Tuhan hingga rela mempersembahkan hidup sepenuhnya seperti yang telah dilakukan Yesus melalui panggilan hidup kita masing-masing?
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar